Senin, 25 Januari 2010
Taukah kamu?? Mie Instan dapat menyebabkan ANEMIA
Mie instan kini menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia, baik tua-muda di desa-kota. Itu dipahami karena cara penyajian mie instan yang praktis, selain juga rasanya yang gurih. Tapi banyak orang terutama orang tua tidak sadar bahwa banyak mengonsumsi mie instan bisa menyebabkan anemia.
”Budaya baru orang Indonesia memakan mie instan sebagai lauk pauk nasi menunjang terjadinya anemia. Mie instan tidak memiliki gizi terutama zat besi yang banyak terdapat di ikan dan sayuran hijau,” kata Ketua Unit Koordinasi Kerja Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia Kusnandi Rusmil di Jakarta, akhir pekan lalu.
Padahal, menurut Kusnadi, anemia pada masa kanak-kanak akan meningkatkan proses penurunan kecerdasan (retardasi mental) 1,28 kali per penurunan nilai hemoglobin yang terjadi pada anak bersangkutan.
Anemia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dipicu oleh kurangnya asupan zat besi. Kasus itu terjadi pada dua miliar penduduk di dunia. Di negara berkembang seperti Indonesia, kondisi tersebut diperparah oleh hilangnya darah dari usus secara berkepanjangan akibat infeksi parasit dan malaria.
Menurut Kusnadi, anemia defiensi besi pada anak banyak terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Survei Kesehatan Rumah tangga 2001 menunjukkan prevalensi pada anak usia 0-5 tahun mencapai 47% di Indonesia.
Sedangkan prevalensi anemia pada bayi di bawah enam bulan sebesar 61,3%, sedangkan pada usia 6-11 bulan mencapai 64,8%, dan umur 12-23 bulan sebanyak 59%.
Sedangkan pada anak usai sekolah dan remaja mencapai 36,55% dan wanita usia subur 40%. ”Padahal, masa anak-anak itu adalah masa emas perkembangan otak,” tutur dia. (izn)
Sumber: PdPersi
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Yuli%20Handayanti%20060817_/mie.html
Bahan-bahan Mie Instan yang harus diwaspadai
Bahan-bahan lain yang harus diwaspadai adalah :
1. Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized vegetable protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme. Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis adalah asam amino yang berasal dari hewan.
2. Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang, ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya. Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia, statusnya adalah haram.
3. Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau dicampur dengan lemak hewan.
4. Solid Ingredient
Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis, suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan.
5. Kecap dan sambal
Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya.
Baca selengkapnya di:
http://zigma.wordpress.com/2006/12/19/di-balik-gurihnya-mie-instan/
HASIL KALI KELARUTAN (www.chem_is_try.org)
Fenomena apa yang dapat dijelaskan saat penambahan kristal gula dalam air untuk membuat teh ? Dan apa yang akan terjadi jika gula ditambahkan terus-menerus ?
Untuk memahami hal tersebut, lakukanlah kegiatan berikut!
1. Ambil 10 g kristal NaCl (garam dapur), kemudian masukkan ke dalam 50 mL air. Aduk hingga larut. Masukkan lagi 10 g NaCl dan diaduk. Ulangi terus sampai NaCl tidak dapat larut. Catat berapa gram NaCl yang ditambahkan.
2. Ulangi percobaan di atas dengan air panas bertemperatur 50, 70, dan 90 °C. Catat hasilnya.
3. Buat grafik temperatur vs kelarutan (g terlarut/50 mL air)
4. Dari hasil percobaan, diskusikan dengan teman kelompok!
Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi beberapa kemungkinan:
* Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat larut ĺ larutan tak jenuh.
* Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat larut ĺ larutan jenuh.
* Garam AB larut sebagian ĺ larutan kelewat jenuh.
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang sukar larut menurut kesetimbangan heterogen. Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter larutannya.
Contoh :
rm110
Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu 25 oC, Mempunyai nilai [Ag+] [Cl-] = 10-10
Kelarutan
1. Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).
rm211
keterangan: s = kelarutan
Kelarutan tergantung pada :
* Suhu
* pH larutan
* Ion sejenis
2. Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis
AB(s) → A+ (aq) + B- aq)
s → n.s s
Larutan AX :
AX(aq) → A+(aq) + X-(aq)
b → b b
maka dari kedua persamaan reaksi di atas: [A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan terhadap nilai b sehingga dapat diabaikan. B-1] = s
Jadi : Ksp AB = b . s
Contoh :
Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10, berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1 liter larutan 0.1 M NaCl ?
Jawab:
AgCl(s) → Ag+(aq) + Cl-(aq)
s → s s
NaCl(aq) ĺ Na+(aq) + Cl-(aq)
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-]
= s . 10-1
Maka,
s = 10-10/10-1
= 10-9 mol/liter
Dari contoh di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion sojenis maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.
a. Pembentukan garam-garam.
Contoh: kelarutan CaCO3(s) pada air yang berisi CO2 > daripada dalam air.
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g) → Ca(HCO3)2(aq)
larut
b. Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat
Contoh:
kelarutan Al(OH)3 dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH)3 dalam air.
Al(OH)3(s) + KOH(aq) → KAlO2(aq) + 2 H2O(l)
larut
c. Pembentukan senyawa kompleks
Contoh:
kelarutan AgCl(s) dalam NH4OH > daripada AgCl dalam air.
AgCl(s) + NH4OH(aq)→ Ag(NH3)2Cl(aq) + H2O(l)
larut
Untuk suatu garam AB yang sukar larut berlaku ketentuan, jika:
- [A+] x [B-] < Ksp →
larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
- [A+] x [B-] = Ksp →
larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap
- [A+] x [B-] > Ksp →
larutan kelewat jenuh; terjadi pengendapan zat
Contoh :
Apakah terjadi pengendapan CaCO3. jika ke dalam 1 liter 0.05 M Na2CO3 ditambahkan 1 liter 0.02 M CaCl2, dan diketahui harga Ksp untuk CaCO3 adalah 10-6.
Jawab :
rm39
maka :
[Ca2+] x [CO32-] = 2.5 x 10-2 x 10-2
= 2.5 x 10-4
karena :
[Ca2+] x [CO32-] > Ksp CaCO3, maka akan terjadi endapan CaCO3
Apa beda kelarutan dan hasil kali kelarutan?
Masih bingung dengan definisi kelarutan dan hasil kali kelarutan? Agar lebih jelas maka perhatikan perbedaan di antara keduanya di bawah ini.
Kelarutan
* Menunjukan posisi kesetimbangan suatu zat dalam larutan
* Pada suhu tertentu nilainya bervariasi tergantung dari jumlah pelarut, dan ada tidaknya ion sejenis di dalam larutan.
Hasil kali kelarutan
* Hasil kali kelarutan adalah suatu konstanta kesetimbangan
* Nilainya tetap pada suhu tertentu, atau dapat dikatakan memiliki satu nilai pada satu temperature.
* Tidak dipengaruhi oleh jumlah pelarut dan jumlah ion senama yang terdapat di dalam larutan.
Mengerti konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat menbantu kita untuk memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kelarutan
(http://belajarkimia.com/kelarutan-dan-hasil-kali-kelarutan-apa-bedanya/)
Senin, 18 Januari 2010
PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ELEKTRONIK BERVISI SETS
PERNAHKAH KALIAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ELEKTRONIK BERVISI SETS??
KALAU BELUM PERNAH, SEKARANG MARI KITA TINJAU DULU APA ITU MEDIA ELEKTRONIK!
Media elektronik merupakan suatu media pembelajaran dengan menerapkan media elektronik yang dapat berupa penggunaan komputer untuk menampilkan animasi, simulasi, permainan maupun pemanfaatan jaringan internet yang ada untuk mendukung proses pembelajaran.
Program yang digunakan dapat berupa Microsoft Powerpoint 2007, macromedia Flash 8, Virtual Experiment dan blog edukasi kimia yang memerlukan fasilitas internet untuk menjalankannya.
Bervisi SETS
Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik (Binadja, 2005).
Pembelajaran Bervisi SETS (Science, Environment, Technology and Society) adalah pembelajaran dimana siswa tidak hanya mengkaji suatu materi dari sisi ilmu pengetahuan saja tetapi juga pengaruhnya bagi lingkungan, penerapannya dalam bidang teknologi, dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial manusia. Siswa juga harus dapat menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan ataupun kekurangannya.
Pada materi pokok Kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat tepat disajikan dengan pembelajaran berbasis elektronik bervisi SETS karena diharapkan pembelajaran kimia akan lebih menyenangkan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk tidak hanya mengkaji suatu materi dari sisi ilmu pengetahuan saja tetapi juga pengaruhnya bagi lingkungan, penerapannya dalam bidang teknologi dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial manusia. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari karena tanpa sadar siswa sering menjumpainya, sehingga diharapkan siswa dapat memahami konsep yang disampaikan dengan mengambil informasi yang terkait dari internet.
PEMURNIAN GARAM DAPUR
Indonesia merupakan negara yang sebagian wilayah merupakan lautan namum sayangnya potensi tersebut belum dioptimalkan. Hanya beberapa komoditas yang dimanfaatkan seperti transportasi,perikanan, pariwisata dan sebagainya tapi mengapa belum banyak yang menyentuh potensi air laut itu sendiri. Padahal begitu berlimpahnya sumberdaya mineral yang ada di laut seperti garam, ada bermacam-macam garam disana.
Produksi garam di Indonesia pada umumnya masih kotor, harganya dari tambak sudah cukup mahal sekitar Rp 500/kg, demikian demikian juga garam beryodium sekitar Rp 1000/kg pada umummnya produk tersebut masih kotor, coba kita buktikan. ambil gelas+ air tambahkan garam dapur aduk sampai larut, silahkan di amati apakah ada kotoran didalam gelas tersebut?
Dapatkah diproduksi garam yang berkualitas ? kaarena kenyataannya Industri yang membutuhkan garam(NaCl) seperti Industri Soda Indonesia Waru(saat kami berkunjung kesana) tidak menggunakan garam produk dalam negeri dengan alasan harga juga kualitasnya. mereka malah impor dari Australia, mengapa? padahal begitu berlimpahnya air laut dinegeri kita.
Bagaimana kita harus membangaun negeri ini? minimal kita harus bangkit dengan membangaun diri sendiri dengan mengais peluang ditengah persaingan yang semakin global. Bagaimana kita mengurangi ketergantungan kepada Negara lain?
Peluang Industri Kecil mengembangkan bisnis garam
Perdagangan garam NaCl di negeri kita sebenarnya sangat menjanjikan, bahan tersebut di konsumsi hampir semua orang berupa garam beryodium, dari anak kecil sampai orang dewasa, Bagaimana caranya meraih peluang di tengah poersaingan? Kita tidak perlu meniru apa yang sudah dilakukan para petani garam ! kita harus mampu melakukan perbaikan kualitas serta manajemen, sehingga layak bernilai usaha/bisnis(indonesia masih impor garam beryodium). Dan masalah yang harus secepatnya kita selesaikan adalah:
Mengapa produksi garam kita kotor?
• Laut kita memang sudah mulai kotor
• Tempat produksi garam sebagaian masih sawah/tambak
• Kurang ada sentuhan teknologi dan lebih terkesan seadanya
Mengapa produk kita mahal ?
• Di butuh area relative sangat luas
• Sangat tergantung iklim/cuaca
Mengapa produk dari negeri orang dapat lebih murah?
Lalu bagaimana dapat meraih peluang berkecimpung di industri pergaraman?
Dari teknologi proses pemurnian garam dapur ini, Coba kalian implikasikan teknologi ini dengan unsur SETS (Science, Environment, Technology and Society), baik itu ditinjau dari segi kelebihan maupun kekurangannya!
Minggu, 17 Januari 2010
PENAMBAHAN FLUORIDA DALAM PASTA GIGI
Menggosok gigi merupakan kebiasaan mutlak diperlukan bagi kesehatan. Kebiasaan ini bahkan diajarkan sejak kita masih kecil dengan tujuan agar gigi kita tetap sehat. Sejak dulu, produk pasta gigi erat sekali dengan kandungan fluoride yang tak bisa dipungkiri merupakan salah satu zat yang dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan kesehatan gigi. Namun bagaimana sebenarnya dampak fluoride bagi kesehatan?
Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250 hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut, sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.
Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi. Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya. Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan pasta gigi.
Kadar penggunaannya memiliki ambang batas yang bisa membahayakan dari efek paparan bila digunakan berlebihan dan tidak sesuai anjuran. Dari literatur yang ada, fluoride dalam kadar berlebihan berakibat sebaliknya dan harus diawasi terutama pemberian terhadap anak-anak yang cenderung menelan odol pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu. Bukan hanya dari pasta gigi, kandungan fluoride juga bisa didapat dari konsumsi makanan tertentu dan tersedia dalam bentuk suplemen yang justru sasaran pemberiannya anak-anak.
Bahaya Fluoride
Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan bom atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada penggunaan yang salah.
Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka. Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan pernafasan bahkan kanker.
Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan.
Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm dari sebelumnya sekitar 1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut.
Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta, mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi penggunaannya.
Berhati-hatilah dengan pasta gigi si kecil.
Berdasarkan riset, pasta gigi yang digunakan si kecil (apalagi yang ditambahkan perasa buah untuk memikat anak) terbukti memiliki kandungan yang cukup membahayakan. Fluoride yang ditambahkan pada pasta gigi bisa menimbulkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Apalagi, jika si kecil doyan mengisap habis pasta gigi yang rasanya enak.
Sejak tahun 1960-an, penggunaan fluoride pada pasta gigi menjadi perdebatan panjang di kalangan ilmuwan. Sebagian dari mereka yakin bahwa fluoride dapat membantu menjaga kesehatan gigi. Kelompok yang menentangnya berargumen bahwa penggunaan fluoride dapat menimbulkan berbagai efek samping yang berbahaya.
Pada dasarnya, pasta gigi mengandung berbagai jenis fluoride. Fluoride yang banyak digunakan adalah jenis sodium monofluoro fosfat (MFP) dan sodium fluoride (NaF). Menurut Iman Firmansyah, Tim Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta Public Interest Research and Advocacy Center (LKJ PIRAC), di Indonesia, kandungan fluoride pada pasta gigi anak ternyata cukup besar, yaitu antara 800-1500 ppm. Padahal di beberapa negara, batas maksimal kandungan fluoride mulai dikurangi. Contohnya, di negara Eropa, Australia, dan New Zealand kandungan fluoride berkisar 250-500 ppm.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko kesehatan yang akan dideritanya kelak. kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul, badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.
Sementara, menurut ahli gigi India dari Maulana Azad Medical College (MAMC) Dr Pakaj Goel, pasta gigi yang mengandung fluoride tidak cocok digunakan untuk anak-anak di bawah umur empat tahun. Pakaj menambahkan, jika pasta gigi berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya terhambat. Bahkan, Dr Mahesh Verma, Kepala Pusat Penelitian Gigi MAMC menyebutkan, literatur medis melarang pemberian pasta gigi berfluoride kepada anak-anak di bawah umur lima tahun.
Menurut Iman, riset Tim Peneliti LKJ-PIRAC) pada September-Oktober 2002 terhadap kandungan fluoride dan pengamatan kemasan pasta gigi anak menyimpulkan bahwa dari sembilan produk yang diuji, delapan merek pasta gigi yang beredar menggunakan fluoride di atas 1000 ppm. Hanya satu produk mengandung floride di bawah 500 ppm.”Namun, pasta gigi itu ternyata produk impor dari Australia,” ungkapnya.
Tim peneliti juga menemukan terdapat perbedaan jumlah kandungan fluoride yang signifikan antar hasil uji laboratorium dengan penghitungan teoritis berdasarkan pelabelan dalam kemasan. Bahkan, ada satu merek pasta gigi yang tak mencantumkan kadar fluoridenya.
Iman juga menemukan, hanya satu produk yang melengkapi kemasannya dengan peringatan pihak produsen atas bahaya yang akan terjadi bila anak menelan fluoride. Namun, peringatan disajikan dalam bahasa Inggris. Juga hanya satu produk yang melengkapi kemasannya dengan petunjuk penggunakan seberapa banyak pasta gigi yang boleh digunakan untuk anak. ”Petunjuk itu disajikan dalam bahasa Inggris juga,” ujarnya.
Sementara, As’ad Nugroho, koordinator program PIRAC menyatakan, pihaknya menuntut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) untuk menurunkan standar kandungan fluoride pada pasta gigi, khususnya untuk anak-anak dari 800-1500ppm menjadi 250-500 ppm. ”Badan POM harus segera menginstruksikan penarikan seluruh produk pasta gigi anak yang masih mengandung fluoride lebih dari 500 ppm,” tegasnya.
PIRAC juga meminta para produsen menghilangkan penambahan rasa yang dapat meningkatkan keinginan anak-anak untuk menelan pasta gigi saat mereka menggosok gigi. Mereka juga mendesak produsen pasta gigi anak memberikan peringatan dan keterangan dalam kemasannya mengenai batas aman pasta gigi yang digunakan anak.
STALAGTIT DAN STALAGMIT
Pernahkah anda bertamasya ke gua-gua di pegunungan kapur? Ditempat itu kita dapat menikmati keindahan stalagtit dan stalagmit dalam gua. Keindahan itu terukir secara alami beratus-ratus tahun. Gas karbon dioksida di atmosfer dapat terlarut dalam air membentuk asam karbonat. Air permukaan ynag mengalir dan mengandung asam tersebut mengikis bebatuan kapur yang dilewatinya dan melarutkan kalsium karbonat serta senyawa karbonat lainnya. Pada saat meresap ke dalam batuan kapur, air yang telah jenuh dengan senyawa-senyawa karbonat menetes malalui
langit-langit gua dan meninggalkan endapan terutama kalsium karbonat yang terus menerus menumpuk menjadi ukiran batu alami yang menakjubkan.
coba kemukakan pendapat kamu tentang proses pembentukan stalagtit dan stalagmit berkaitan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan..
Jumat, 01 Januari 2010
BUFFER
Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan (Purba, 2003: 23).
2. pH larutan penyangga
Larutan penyangga dapat dibedakan atas:
a. Larutan Penyangga Asam
Mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA) atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam Natrium asetat (CH3COONa).
Campuran larutan tersebut terionisasi sebagai berikut.
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Karena CH3COOH merupakan asam lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, CH3COONa merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran CH3COOH dan CH3COONa terdapat spesi-spesi zat yaitu CH3COOH yang tidak terurai (karena asam lemah); ion CH3COO- (hasil ionisasi CH3COOH dan CH3COONa); ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COOH; dan ion natrium (Na+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COONa. Dalam hal ini, CH3COO- merupakan basa konjugasi dari asam lemah, CH3COOH. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Ka) dan konsentrasi basa konjugasinya, [A-]. Dalam hal ini, konsentrasi basa konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi basa konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
atau
Sehingga
Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam
[H+] = konsentrasi ion H+
[A-] = konsentrasi basa konjugasi
[HA] = konsentrasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
bk = jumlah mol basa konjugasi
(Sunardi, 2008: 314)
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0.1 M dicampur dengan 50 mL larutan NaOH 0.1 M.Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Ka CH3COOH= 10-5?
Diketahui :100 mL larutan CH3COOH 0.1 M
50 mL larutan NaOH 0.1 M
Ka CH3COOH= 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol CH3COOH = M x V
= 0.1 M x 100 mL
= 10 mmol
mol NaOH = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Atau dengan reaksi ion
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO- (aq) + H2O(l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
= 10-5
= - log (10-5)
= 5
Jadi pH campuran tersebut adalah 5.
b. Larutan penyangga basa
Mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasi (BH+). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah (B) dengan garamnya atau dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan asam konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amoniak (NH4+) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl).
Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut :
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Karena NH3 merupakan basa lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, NH4Cl merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran NH3 dan NH4Cl terdapat spesi-spesi zat yaitu NH3 yang tidak terurai (karena basa lemah); ion NH4+ (hasil ionisasi NH3 dan NH4Cl ); ion hidroksida (OH-) yang dihasilkan dari ionisasi NH3 ; dan ion klorida (Cl-) yang dihasilkan dari ionisasi NH4Cl. Dalam hal ini, NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah, NH3. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari basa lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Kb) dan konsentrasi asam konjugasinya, [BH+]. Dalam hal ini, konsentrasi asam konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi asam konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion OH- dalam larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
Sehingga
Keterangan :
Kb = tetapan ionisasi basa
[OH-] = konsentrasi ion OH-
[BH+] = konsentrasi asam konjugasi
[B] = konsentrasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
ak = jumlah mol asam konjugasi
(Sunardi, 2008: 316)
Contoh:
50 mL larutan NH3 0.2 M dicampurkan dengan 50 mL larutan HCl 0.1 M. Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Kb NH3 = 10-5?
Diketahui :50 mL larutan NH3 0.2 M
50 mL larutan HCl 0.1 M.
Kb NH3 = 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol NH3 =M x V
= 0.2 M x 50 mL
= 10 mmol
mol HCl = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
Atau dengan reaksi ion
NH3(aq) + H+(aq) NH4+(aq)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol
= - log (10-5)
= 5
pH =14-pOH
= 14- 5 = 9
3. Sifat dan prinsip kerja larutan penyangga
Larutan penyangga merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH. Pada batas-batas tertentu, pengenceran, penambahan ion H+ (asam), atau penambahan ion OH- (basa) relatif tidak mengubah pH larutan penyangga (perubahan pH-nya sangat kecil).
a. larutan penyangga asam
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol asam yang ditambahkan.
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol basa yang ditambahkan
b. larutan penyangga basa
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
(Purba, 2003: 25)
4. Fungsi Larutan Penyangga
1. Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) + CO2(g)
Reaksi asam basa
Asam karbonat (H2CO3) merupakan asam dan air merupakan basa. Basa konjugasi untuk H2CO3 adalah HCO3- (ion karbonat). Asam karbonat juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan air dan karbondioksida. Meskipun kesetimbangan antara gas CO2 dengan asam karbonat bukan merupakan reaksi asam basa, tetapi reaksi ini berperan dalam mempertahankan perbandingan konsentrasi H2CO3 dengan konsentrasi HCO3- dalam darah 20 : 1. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan kelarutan gas CO2 dari paru-paru dengan gas CO2 yang terlarut dalam darah.
Ketika suatu senyawa asam dimasukkan ke dalam darah, maka ion H+ dari asam tersebut segera bereaksi dengan ion karbonat (HCO3-) dalam darah yang menghasilkan asam karbonat menurut reaksi sebagai berikut:
H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq)
Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan ke dalam darah, mak ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat (H2CO3) dalam drah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) HCO3-(aq) + H2O(l)
Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai dari paru-paru ke dalam darah.
2. Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
3. Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah
Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2 (pada Fe dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. Pada saat yang sama, molekul oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
4. Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang, seperti biokimia, bakteriologi, kimia analisis, industri farmasi, juga dalam fotografi dan zat warna. Dalam industri farmasi, larutan penyangga digunakan pada pembuatan obat-obatan, agar obat tersebut mempunyai pH tertentu dan tidak berubah.
(Sunardi, 2008: 326- 329).
5. Hipotesis
H0 : tidak ada keefektifan pembelajaran berbasis elektronik bervisi SETS kimia larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa.
Ha : ada keefektifan pembelajaran berbasis elektronik bervisi SETS kimia larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa.
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan (Purba, 2003: 23).
2. pH larutan penyangga
Larutan penyangga dapat dibedakan atas:
a. Larutan Penyangga Asam
Mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA) atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam Natrium asetat (CH3COONa).
Campuran larutan tersebut terionisasi sebagai berikut.
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Karena CH3COOH merupakan asam lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, CH3COONa merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran CH3COOH dan CH3COONa terdapat spesi-spesi zat yaitu CH3COOH yang tidak terurai (karena asam lemah); ion CH3COO- (hasil ionisasi CH3COOH dan CH3COONa); ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COOH; dan ion natrium (Na+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COONa. Dalam hal ini, CH3COO- merupakan basa konjugasi dari asam lemah, CH3COOH. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Ka) dan konsentrasi basa konjugasinya, [A-]. Dalam hal ini, konsentrasi basa konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi basa konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
atau
Sehingga
Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam
[H+] = konsentrasi ion H+
[A-] = konsentrasi basa konjugasi
[HA] = konsentrasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
bk = jumlah mol basa konjugasi
(Sunardi, 2008: 314)
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0.1 M dicampur dengan 50 mL larutan NaOH 0.1 M.Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Ka CH3COOH= 10-5?
Diketahui :100 mL larutan CH3COOH 0.1 M
50 mL larutan NaOH 0.1 M
Ka CH3COOH= 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol CH3COOH = M x V
= 0.1 M x 100 mL
= 10 mmol
mol NaOH = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Atau dengan reaksi ion
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO- (aq) + H2O(l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
= 10-5
= - log (10-5)
= 5
Jadi pH campuran tersebut adalah 5.
b. Larutan penyangga basa
Mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasi (BH+). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah (B) dengan garamnya atau dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan asam konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amoniak (NH4+) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl).
Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut :
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Karena NH3 merupakan basa lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, NH4Cl merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran NH3 dan NH4Cl terdapat spesi-spesi zat yaitu NH3 yang tidak terurai (karena basa lemah); ion NH4+ (hasil ionisasi NH3 dan NH4Cl ); ion hidroksida (OH-) yang dihasilkan dari ionisasi NH3 ; dan ion klorida (Cl-) yang dihasilkan dari ionisasi NH4Cl. Dalam hal ini, NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah, NH3. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari basa lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Kb) dan konsentrasi asam konjugasinya, [BH+]. Dalam hal ini, konsentrasi asam konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi asam konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion OH- dalam larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
Sehingga
Keterangan :
Kb = tetapan ionisasi basa
[OH-] = konsentrasi ion OH-
[BH+] = konsentrasi asam konjugasi
[B] = konsentrasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
ak = jumlah mol asam konjugasi
(Sunardi, 2008: 316)
Contoh:
50 mL larutan NH3 0.2 M dicampurkan dengan 50 mL larutan HCl 0.1 M. Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Kb NH3 = 10-5?
Diketahui :50 mL larutan NH3 0.2 M
50 mL larutan HCl 0.1 M.
Kb NH3 = 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol NH3 =M x V
= 0.2 M x 50 mL
= 10 mmol
mol HCl = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
Atau dengan reaksi ion
NH3(aq) + H+(aq) NH4+(aq)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol
= - log (10-5)
= 5
pH =14-pOH
= 14- 5 = 9
3. Sifat dan prinsip kerja larutan penyangga
Larutan penyangga merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH. Pada batas-batas tertentu, pengenceran, penambahan ion H+ (asam), atau penambahan ion OH- (basa) relatif tidak mengubah pH larutan penyangga (perubahan pH-nya sangat kecil).
a. larutan penyangga asam
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol asam yang ditambahkan.
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol basa yang ditambahkan
b. larutan penyangga basa
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
(Purba, 2003: 25)
4. Fungsi Larutan Penyangga
1. Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) + CO2(g)
Reaksi asam basa
Asam karbonat (H2CO3) merupakan asam dan air merupakan basa. Basa konjugasi untuk H2CO3 adalah HCO3- (ion karbonat). Asam karbonat juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan air dan karbondioksida. Meskipun kesetimbangan antara gas CO2 dengan asam karbonat bukan merupakan reaksi asam basa, tetapi reaksi ini berperan dalam mempertahankan perbandingan konsentrasi H2CO3 dengan konsentrasi HCO3- dalam darah 20 : 1. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan kelarutan gas CO2 dari paru-paru dengan gas CO2 yang terlarut dalam darah.
Ketika suatu senyawa asam dimasukkan ke dalam darah, maka ion H+ dari asam tersebut segera bereaksi dengan ion karbonat (HCO3-) dalam darah yang menghasilkan asam karbonat menurut reaksi sebagai berikut:
H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq)
Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan ke dalam darah, mak ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat (H2CO3) dalam drah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) HCO3-(aq) + H2O(l)
Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai dari paru-paru ke dalam darah.
2. Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
3. Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah
Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2 (pada Fe dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. Pada saat yang sama, molekul oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
4. Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang, seperti biokimia, bakteriologi, kimia analisis, industri farmasi, juga dalam fotografi dan zat warna. Dalam industri farmasi, larutan penyangga digunakan pada pembuatan obat-obatan, agar obat tersebut mempunyai pH tertentu dan tidak berubah.
(Sunardi, 2008: 326- 329).
5. Hipotesis
H0 : tidak ada keefektifan pembelajaran berbasis elektronik bervisi SETS kimia larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa.
Ha : ada keefektifan pembelajaran berbasis elektronik bervisi SETS kimia larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa.
LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
Pengertian Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan (Purba, 2003: 23).
2. pH larutan penyangga
Larutan penyangga dapat dibedakan atas:
a. Larutan Penyangga Asam
Mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA) atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam Natrium asetat (CH3COONa).
Campuran larutan tersebut terionisasi sebagai berikut.
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Karena CH3COOH merupakan asam lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, CH3COONa merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran CH3COOH dan CH3COONa terdapat spesi-spesi zat yaitu CH3COOH yang tidak terurai (karena asam lemah); ion CH3COO- (hasil ionisasi CH3COOH dan CH3COONa); ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COOH; dan ion natrium (Na+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COONa. Dalam hal ini, CH3COO- merupakan basa konjugasi dari asam lemah, CH3COOH. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Ka) dan konsentrasi basa konjugasinya, [A-]. Dalam hal ini, konsentrasi basa konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi basa konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
atau
Sehingga
Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam
[H+] = konsentrasi ion H+
[A-] = konsentrasi basa konjugasi
[HA] = konsentrasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
bk = jumlah mol basa konjugasi
(Sunardi, 2008: 314)
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0.1 M dicampur dengan 50 mL larutan NaOH 0.1 M.Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Ka CH3COOH= 10-5?
Diketahui :100 mL larutan CH3COOH 0.1 M
50 mL larutan NaOH 0.1 M
Ka CH3COOH= 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol CH3COOH = M x V
= 0.1 M x 100 mL
= 10 mmol
mol NaOH = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Atau dengan reaksi ion
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO- (aq) + H2O(l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
= 10-5
= - log (10-5)
= 5
Jadi pH campuran tersebut adalah 5.
b. Larutan penyangga basa
Mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasi (BH+). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah (B) dengan garamnya atau dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan asam konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amoniak (NH4+) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl).
Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut :
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Karena NH3 merupakan basa lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, NH4Cl merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran NH3 dan NH4Cl terdapat spesi-spesi zat yaitu NH3 yang tidak terurai (karena basa lemah); ion NH4+ (hasil ionisasi NH3 dan NH4Cl ); ion hidroksida (OH-) yang dihasilkan dari ionisasi NH3 ; dan ion klorida (Cl-) yang dihasilkan dari ionisasi NH4Cl. Dalam hal ini, NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah, NH3. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari basa lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Kb) dan konsentrasi asam konjugasinya, [BH+]. Dalam hal ini, konsentrasi asam konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi asam konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion OH- dalam larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
Sehingga
Keterangan :
Kb = tetapan ionisasi basa
[OH-] = konsentrasi ion OH-
[BH+] = konsentrasi asam konjugasi
[B] = konsentrasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
ak = jumlah mol asam konjugasi
(Sunardi, 2008: 316)
Contoh:
50 mL larutan NH3 0.2 M dicampurkan dengan 50 mL larutan HCl 0.1 M. Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Kb NH3 = 10-5?
Diketahui :50 mL larutan NH3 0.2 M
50 mL larutan HCl 0.1 M.
Kb NH3 = 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol NH3 =M x V
= 0.2 M x 50 mL
= 10 mmol
mol HCl = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
Atau dengan reaksi ion
NH3(aq) + H+(aq) NH4+(aq)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol
= - log (10-5)
= 5
pH =14-pOH
= 14- 5 = 9
3. Sifat dan prinsip kerja larutan penyangga
Larutan penyangga merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH. Pada batas-batas tertentu, pengenceran, penambahan ion H+ (asam), atau penambahan ion OH- (basa) relatif tidak mengubah pH larutan penyangga (perubahan pH-nya sangat kecil).
a. larutan penyangga asam
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol asam yang ditambahkan.
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol basa yang ditambahkan
b. larutan penyangga basa
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
(Purba, 2003: 25)
4. Fungsi Larutan Penyangga
1. Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) + CO2(g)
Reaksi asam basa
Asam karbonat (H2CO3) merupakan asam dan air merupakan basa. Basa konjugasi untuk H2CO3 adalah HCO3- (ion karbonat). Asam karbonat juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan air dan karbondioksida. Meskipun kesetimbangan antara gas CO2 dengan asam karbonat bukan merupakan reaksi asam basa, tetapi reaksi ini berperan dalam mempertahankan perbandingan konsentrasi H2CO3 dengan konsentrasi HCO3- dalam darah 20 : 1. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan kelarutan gas CO2 dari paru-paru dengan gas CO2 yang terlarut dalam darah.
Ketika suatu senyawa asam dimasukkan ke dalam darah, maka ion H+ dari asam tersebut segera bereaksi dengan ion karbonat (HCO3-) dalam darah yang menghasilkan asam karbonat menurut reaksi sebagai berikut:
H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq)
Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan ke dalam darah, mak ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat (H2CO3) dalam drah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) HCO3-(aq) + H2O(l)
Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai dari paru-paru ke dalam darah.
2. Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
3. Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah
Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2 (pada Fe dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. Pada saat yang sama, molekul oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
4. Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang, seperti biokimia, bakteriologi, kimia analisis, industri farmasi, juga dalam fotografi dan zat warna. Dalam industri farmasi, larutan penyangga digunakan pada pembuatan obat-obatan, agar obat tersebut mempunyai pH tertentu dan tidak berubah.
(Sunardi, 2008: 326- 329).
3. Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari
a. Sistem penyangga karbonat dalam darah
Darah mempunyai pH yang relatif tetap di sekitar 7,4. hal ini dimungkinkan karena adanya sistem penyangga H2CO3/HCO3-, sehingga meskipun setiap saat darah kemasukan berbagai zat yang bersifat asam maupun basa akan selalu dapat dinetralisir pengaruhnya terhadap perubahan pH. Bila darah kemasukan zat yang bersifat asam, maka ion H+ dari asam tersebut akan bereaksi dengan ion HCO3-:
H+(aq) + HCO3-(aq) ⇄ H2CO3(aq)
Sebaliknya bila darah kemasukan zat yang bersifat basa maka ion OH- akan bereaksi dengan H2CO3:
OH+(aq) + H2CO3 (aq) ⇄ HCO3- (aq) + H2O(l)
b. Sistem penyangga fosfat dalam cairan sel
Sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) merupakan sistem penyangga yang bekerja untuk menjaga pH cairan intra sel. Bila dari proses metabolisme dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-:
HPO42-(aq) + H+(aq) ⇄ H2PO4-(aq)
Dan bila proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan ion H2PO4-:
H2PO4-(aq) + OH-(aq) ⇄ HPO42- (aq)+ H2O(l)
c. Sistem penyangga asam amino/ protein
Asam amino mengandung gugus yang bersifat asam dan gugus yang bersifat basa. Oleh karena itu, asam amino dapat berfungsi sebagai sistem penyangga di dalam tubuh. Adanya kelebihan ion H+ akan diikat oleh gugus yang bersifat basa, dan apabila ada kelebihan ion OH- akan diikat oleh ujung yang bersifat asam. Dengan demikian, larutan yang mengandung asam amino akan mempunyai pH relatif tetap (Sudarmo, 2004: 159).
2.7 Larutan Penyangga dalam Konteks SETS
Dalam pembelajaran open-ended problem solving visi SETS untuk pokok materi larutan penyangga, bahasan mengenai larutan penyangga (konsep sains); sifat dan cara kerja larutan penyangga (konsep sains); cara membuat larutan penyangga dan penentuan pH larutan penyangga (konsep sains) dikaitkan dengan teknologi/teknik/prinsip pembuatan produk-produk berbasis larutan penyangga (unsur teknologi) dan beberapa keuntungan penggunaan produk-produk berbasis larutan penyangga tersebut (unsur masyarakat) juga dampak yang mungkin terjadi karena pembuangan kemasan produk-produk berbasis larutan penyangga (unsur masyarakat), tindakan yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi dampak tersebut (unsur masyarakat), serta penanaman dan pengambilan tanaman-tanaman tertentu sebagai bahan baku produk-produk berbasis larutan penyangga oleh masyarakat (unsur masyarakat dan lingkungan). Hubungan keempat unsur dapat dilihat pada diagram 2.3.
Ruang lingkup pokok materi larutan penyangga dalam konteks SETS dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Larutan penyangga dalam hubungan sosial masyarakat
Di antara contoh manfaat dan kerugian yang dapat dikembangkan dan dijelaskan dengan mempelajari sains larutan penyangga dengan visi dan pendekatan SETS antara lain:
a. dengan adanya teknik pengolahan limbah industri melalui proses anaerob masyarakat dapat terhindar dari berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tercemar limbah.
b. masyarakat dapat terserang penyakit-penyakit tertentu akibat penggunaan produk berbasis larutan penyangga secara berlebihan. Contohnya:
1) penggunaan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid secara berlebihan dapat menyebabkan katarak atau bahkan kebutaan.
2) penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai aturan, misalnya tidak mengganti larutan disinfektan/larutan perendam lensa kontak secara teratur dapat menyebabkan gloukoma.
3) penggunaan obat kumur beralkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kanker mulut.
c. kebutuhan akan gizi dan cairan infus terpenuhi.
d. dengan adanya obat kumur, kesehatan gigi dan gusi masyarakat dapat terjaga.
e. masyarakat (terutama olahragawan/olahragawati) dapat meningkatkan performa olahraga dengan mengkonsumsi minuman isotonik yang mengandung natrium sitrat-asam sitrat.
f. terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap makanan dan minuman kemasan yang diawetkan.
g. tersedianya lapangan perkerjaan sebagai produsen atau distributor produk-produk berbasis larutan penyangga.
2. Larutan penyangga dalam hubungan dengan lingkungan dan manusia
a. dengan adanya teknik pengolahan limbah industri secara fisika melalui proses anaerob, maka kerusakan lingkungan akibat pencemaran limbah industri dapat dikurangi.
b. kebutuhan terhadap obat berbahan dari alam (obat alami) mendorong manusia untuk mengambil/memanfaatkan bahan-bahan dari alam. Beberapa di antaranya:
1) pembuatan obat kumur alami dari larutan garam dapur.
2) pembuatan obat tetes mata dari daun keben.
c. kebutuhan akan obat herbal yang semakin meningkat mendorong manusia untuk menanam tanman-tanaman yang bermanfaat sebagai bahan pembuat produk berbasis larutan penyangga. Contohnya: penanaman pohon keben sebagai bahan pembuat obat tetes mata.
d. penggunaan produk-produk berbasis larutan penyangga buatan pabrik umumnya dikemas dalam botol-botol plastik atau kaleng. Hal ini menyebabkan bertambahnya limbah.
e. meningkatnya limbah botol/kaleng kemasan produk-produk berbasis larutan penyangga mendorong manusia melakukan penanganan limbah (daur ulang botol/kaleng).
3. Larutan penyangga dalam hubungan dengan teknologi
a. Teknik pembuatan obat kumur. Obat kumur yang dimaksud adalah larutan garam dapur. Adapun teknik pembuatannya sebagai berikut:
1) mencampurkan garam dapur sebanyak 3,75 gram kedalam 250 ml air aquades hangat atau setara dengan segelas air minum biasa.
2) kemudian dikocok dengan sendok sampai larut secara merata.
3) berkumur dilakukan selama 1 menit dengan mengganti obat kumur sebanyak dua kali dan berkumur dengan menggerakkan oto-otot pipi, bibir dan lidah secara maksimal.
4) setelah berkumur usahakan untuk tidak makan, minum atau berkumur dengan larutan lain selama ±1 menit. Hal ini bertujuan agar larutan garam tersebut dapat bereaksi lebih lama terhadap jaringan yang meradang.
5) berkumur dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur selama batas waktu yang tidak ditentukan.
b. Teknik pengolahan limbah melalui proses anaerob
Teknik pengolahan limbah melalui proses anaerob melibatkan proses bufferisasi (menggunakan larutan penyangga). Inti dari teknik pengolahan limbah ini yaitu adanya proses pengubahan senyawa organik menjadi metana dan karbon dioksida,tanpa kehadiran oksigen. Dekomposisi senyawa organik melalui proses anaerob ini terjadi melalui tiga tahapan: (1) reaksi hidrolisis, (2) reaksi pembentukan asam, (3) reaksi pembentukan metana.
Reaksi hidrolisis merupakan proses pelarutan senyawa organik yang semula tidak larut dan proses penguraian senyawa tersebut menjadi senyawa dengan berat molekul yang cukup kecil dan dapat melewati membran sel. Proses pembentukan asam melibatkan dua golongan besar bakteri, yaitu bakteri asidogenik dan asetogenik.
Proses pembentukan metana terutama berasal dari asam asetat, tetapi ada juga yang berasal dari hidrogen dan karbon dioksida. Ada dua kelompok bakteri yang berperan, yaitu bakteri metana asetoklastik dan bakteri metana pengkonsumsi hidrogen. Kedua bakteri penghasil metana ini sanagt sebsitif terhadap perubahan pH. Pada rentang pH 6-8,laju produksi gas metana berkisar antara 1-4 ml/hari. Penambahan larutan penyangga diperlukan untuk mempertahankan pH sekitar 7 agar pertumbuhan bakteri penghasil metana tidak terhambat. Larutan penyangga yang sering digunakan adalah Ca(OH)2, CaCO3, CaHCO3, Na2CO3. sistem penyangga dalam reaktor anaerob adalah H2CO3-CO2 dalam kesetimbangan: CO2 + H2O ⇄ H2CO3 ⇄ H+ + HCO3-
(http://kamale.wordpress.com)
c. Teknik pembuatan minuman penambah performa olahraga
Campuran garam sitrat dengan asam sitrat dalam produk minuman biasanya digunakan sebagai pengatur keasaman yang juga dapat memperkaya rasa dari minuman. Namun dalam kaitannya dengan kegiatan olahraga, campuran garam sitrat dengan asam sitrat juga dapat berfungsi sebagai ergogenic aids yang dapat ,membantu untuk meningkatkan performa olahraga.
Hal ini salah satunya disebabkan karena molekul ini dapat bersifat sebagai buffer terhadap asam laktat yang terbentuk dalam proses metabolisme energi secara anaerobik. Oleh sebab itu maka sitrat-natrium sitrat dapat membantu meningkatkan performa olahraga terutama pada olahraga intensitas tinggi yang bergantung terhadap sistem metabolisme secara anaerobik untuk menghasilkan energi.
Selain membantu memberikan peningkatan terhadap performa olahraga intensitas tinggi yang bergantung terhadap sistem metabolisme energi seara anaerobik. Konsumsi sitrat-natrium sitrat juga dapat memberikan peningkatan terhadap performa olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari jarak jauh atau juga road cycling.
(http://psslab.com/blog/index.php?categoryid=1&2_articleid=2)
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa, atau pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan (Purba, 2003: 23).
2. pH larutan penyangga
Larutan penyangga dapat dibedakan atas:
a. Larutan Penyangga Asam
Mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasi (A-). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah (HA) dengan garamnya (LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA) atau dengan mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan asam asetat (CH3COOH) dengan larutan garam Natrium asetat (CH3COONa).
Campuran larutan tersebut terionisasi sebagai berikut.
CH3COOH(aq) H+(aq) + CH3COO-(aq)
CH3COONa(aq) Na+(aq) + CH3COO-(aq)
Karena CH3COOH merupakan asam lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, CH3COONa merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran CH3COOH dan CH3COONa terdapat spesi-spesi zat yaitu CH3COOH yang tidak terurai (karena asam lemah); ion CH3COO- (hasil ionisasi CH3COOH dan CH3COONa); ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COOH; dan ion natrium (Na+) yang dihasilkan dari ionisasi CH3COONa. Dalam hal ini, CH3COO- merupakan basa konjugasi dari asam lemah, CH3COOH. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Ka) dan konsentrasi basa konjugasinya, [A-]. Dalam hal ini, konsentrasi basa konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi basa konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan penyangga dari asam lemah dan basa konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
atau
Sehingga
Keterangan :
Ka = tetapan ionisasi asam
[H+] = konsentrasi ion H+
[A-] = konsentrasi basa konjugasi
[HA] = konsentrasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
bk = jumlah mol basa konjugasi
(Sunardi, 2008: 314)
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0.1 M dicampur dengan 50 mL larutan NaOH 0.1 M.Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Ka CH3COOH= 10-5?
Diketahui :100 mL larutan CH3COOH 0.1 M
50 mL larutan NaOH 0.1 M
Ka CH3COOH= 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol CH3COOH = M x V
= 0.1 M x 100 mL
= 10 mmol
mol NaOH = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Atau dengan reaksi ion
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO- (aq) + H2O(l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
= 10-5
= - log (10-5)
= 5
Jadi pH campuran tersebut adalah 5.
b. Larutan penyangga basa
Mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasi (BH+). Larutan seperti itu dapat dibuat dengan mencampurkan basa lemah (B) dengan garamnya atau dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7).
Contoh larutan penyangga dari asam lemah dan asam konjugasinya adalah larutan yang dibuat dengan mencampurkan larutan basa amoniak (NH4+) dengan larutan garam amonium klorida (NH4Cl).
Campuran itu akan terionisasi sebagai berikut :
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
NH4Cl(aq) NH4+(aq) + Cl-(aq)
Karena NH3 merupakan basa lemah, maka dalam larutannya zat ini akan terionisasi secara tidak sempurna yang reaksinya dapat membentuk sistem kesetimbangan. Sementara itu, NH4Cl merupakan garam, sehingga dalam larutannya zat ini akan terurai atau terionisasi secara sempurna. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam sistem campuran NH3 dan NH4Cl terdapat spesi-spesi zat yaitu NH3 yang tidak terurai (karena basa lemah); ion NH4+ (hasil ionisasi NH3 dan NH4Cl ); ion hidroksida (OH-) yang dihasilkan dari ionisasi NH3 ; dan ion klorida (Cl-) yang dihasilkan dari ionisasi NH4Cl. Dalam hal ini, NH4+ merupakan asam konjugasi dari basa lemah, NH3. Oleh karena itu, larutan penyangga semacam ini sering disebut larutan penyangga dari basa lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan garamnya.
Besarnya pH larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya bergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam tersebut (Kb) dan konsentrasi asam konjugasinya, [BH+]. Dalam hal ini, konsentrasi asam konjugasi yang digunakan dalam menentukan pH larutan penyangga ini adalah konsentrasi asam konjugasi yang berasal dari garam.
Berdasarkan alasan di atas, maka konsentrasi ion OH- dalam larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya dapat ditentukan sebagai berikut :
Sehingga
Keterangan :
Kb = tetapan ionisasi basa
[OH-] = konsentrasi ion OH-
[BH+] = konsentrasi asam konjugasi
[B] = konsentrasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
ak = jumlah mol asam konjugasi
(Sunardi, 2008: 316)
Contoh:
50 mL larutan NH3 0.2 M dicampurkan dengan 50 mL larutan HCl 0.1 M. Tentukan berapa pH campuran larutan tersebut jika Kb NH3 = 10-5?
Diketahui :50 mL larutan NH3 0.2 M
50 mL larutan HCl 0.1 M.
Kb NH3 = 10-5
Ditanya :pH campuran?
Jawab : mol NH3 =M x V
= 0.2 M x 50 mL
= 10 mmol
mol HCl = M x V
= 0.1 M x 50 mL
= 5 mmol
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
Atau dengan reaksi ion
NH3(aq) + H+(aq) NH4+(aq)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Terurai : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Sisa : 5 mmol - 5 mmol
= - log (10-5)
= 5
pH =14-pOH
= 14- 5 = 9
3. Sifat dan prinsip kerja larutan penyangga
Larutan penyangga merupakan larutan yang dapat mempertahankan pH. Pada batas-batas tertentu, pengenceran, penambahan ion H+ (asam), atau penambahan ion OH- (basa) relatif tidak mengubah pH larutan penyangga (perubahan pH-nya sangat kecil).
a. larutan penyangga asam
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol asam yang ditambahkan.
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
x adalah jumlah mol basa yang ditambahkan
b. larutan penyangga basa
1. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan asam maka asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa lemah.
Sehingga didapatkan rumus :
2. Bila dalam sistem penyangga tersebut ditambahkan basa maka basa yang ditambahkan akan bereaksi dengan asam konjugasi atau garamnya.
Sehingga didapatkan rumus :
(Purba, 2003: 25)
4. Fungsi Larutan Penyangga
1. Larutan Penyangga Asam Karbonat Bikarbonat dalam Darah
Proses-proses kimia yang terjadi dalam tubuh dapat menghasilkan beberapa zat kimia seperti karbondioksida dan ion hidrogen. Dalam hal ini, keberadaan zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan pH darah turun atau naik. Jika pH darah sangat rendah, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan asidosis, sedangkan jika pH darah sangat tinggi, maka kondisi pada saat tersebut dikenal dengan alkalosis. Larutan penyangga yang paling penting untuk mempertahankan keseimbangan asam basa dalam darah adalah sistem penyangga asam karbonat bikarbonat. Dua buah reaksi kesetimbangan penyangga asam karbonat bikarbonat tersebut dituliskan sebagai berikut :
Bukan reaksi asam basa
H3O+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) + CO2(g)
Reaksi asam basa
Asam karbonat (H2CO3) merupakan asam dan air merupakan basa. Basa konjugasi untuk H2CO3 adalah HCO3- (ion karbonat). Asam karbonat juga terurai dengan cepat untuk menghasilkan air dan karbondioksida. Meskipun kesetimbangan antara gas CO2 dengan asam karbonat bukan merupakan reaksi asam basa, tetapi reaksi ini berperan dalam mempertahankan perbandingan konsentrasi H2CO3 dengan konsentrasi HCO3- dalam darah 20 : 1. Selain itu, hal ini juga dipengaruhi oleh keseimbangan kelarutan gas CO2 dari paru-paru dengan gas CO2 yang terlarut dalam darah.
Ketika suatu senyawa asam dimasukkan ke dalam darah, maka ion H+ dari asam tersebut segera bereaksi dengan ion karbonat (HCO3-) dalam darah yang menghasilkan asam karbonat menurut reaksi sebagai berikut:
H+(aq) + HCO3-(aq) H2CO3(aq)
Jika dalam darah banyak terlarut H2CO3, maka pH darah menjadi lebih rendah, sehingga H2CO3 segera terurai menjadi air dan CO2, dimana gas CO2 ini dibuang ke paru-paru. Akibatnya pH darah relatif tetap. Akan tetapi, ketika suatu asam basa dimasukkan ke dalam darah, mak ion OH- dari basa tersebut segera bereaksi dengan asam karbonat (H2CO3) dalam drah yang menghasilkan ion bikarbonat dan air menurut reaksi sebagai berikut :
OH-(aq) + H2CO3(aq) HCO3-(aq) + H2O(l)
Akibatnya, asam karbonat dalam darah berkurang dan untuk menggantinya, gas CO2 disuplai dari paru-paru ke dalam darah.
2. Larutan Penyangga Fosfat dalam Darah
Larutan penyangga fosfat terdiri dari asam fosfat (H3PO4) dalam kesetimbangan dengan ion dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan H+. Larutan penyangga fosfat ini hanya berperan kecil dalam darah, hal ini karena H3PO4 dan H2PO4- ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah dalam darah.
3. Larutan Penyangga Hemoglobin dalam Darah
Hemoglobin juga bertindak sebagai penyangga pH dalam darah. Hal ini karena protein hemoglobin dapat secara bergantian mengikat H+ (pada protein) maupun O2 (pada Fe dari “gugus heme”), tetapi ketika salah satu dari zat tersebut diikat, maka zat yang lain dilepaskan. Hemoglobin membantu mengontrol pH darah dengan mengikat beberapa proton berlebih yang dihasilkan dalam otot. Pada saat yang sama, molekul oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh otot tersebut.
4. Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam berbagai bidang, seperti biokimia, bakteriologi, kimia analisis, industri farmasi, juga dalam fotografi dan zat warna. Dalam industri farmasi, larutan penyangga digunakan pada pembuatan obat-obatan, agar obat tersebut mempunyai pH tertentu dan tidak berubah.
(Sunardi, 2008: 326- 329).
3. Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari
a. Sistem penyangga karbonat dalam darah
Darah mempunyai pH yang relatif tetap di sekitar 7,4. hal ini dimungkinkan karena adanya sistem penyangga H2CO3/HCO3-, sehingga meskipun setiap saat darah kemasukan berbagai zat yang bersifat asam maupun basa akan selalu dapat dinetralisir pengaruhnya terhadap perubahan pH. Bila darah kemasukan zat yang bersifat asam, maka ion H+ dari asam tersebut akan bereaksi dengan ion HCO3-:
H+(aq) + HCO3-(aq) ⇄ H2CO3(aq)
Sebaliknya bila darah kemasukan zat yang bersifat basa maka ion OH- akan bereaksi dengan H2CO3:
OH+(aq) + H2CO3 (aq) ⇄ HCO3- (aq) + H2O(l)
b. Sistem penyangga fosfat dalam cairan sel
Sistem penyangga fosfat (H2PO4-/HPO42-) merupakan sistem penyangga yang bekerja untuk menjaga pH cairan intra sel. Bila dari proses metabolisme dihasilkan banyak zat yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-:
HPO42-(aq) + H+(aq) ⇄ H2PO4-(aq)
Dan bila proses metabolisme sel menghasilkan senyawa yang bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan ion H2PO4-:
H2PO4-(aq) + OH-(aq) ⇄ HPO42- (aq)+ H2O(l)
c. Sistem penyangga asam amino/ protein
Asam amino mengandung gugus yang bersifat asam dan gugus yang bersifat basa. Oleh karena itu, asam amino dapat berfungsi sebagai sistem penyangga di dalam tubuh. Adanya kelebihan ion H+ akan diikat oleh gugus yang bersifat basa, dan apabila ada kelebihan ion OH- akan diikat oleh ujung yang bersifat asam. Dengan demikian, larutan yang mengandung asam amino akan mempunyai pH relatif tetap (Sudarmo, 2004: 159).
2.7 Larutan Penyangga dalam Konteks SETS
Dalam pembelajaran open-ended problem solving visi SETS untuk pokok materi larutan penyangga, bahasan mengenai larutan penyangga (konsep sains); sifat dan cara kerja larutan penyangga (konsep sains); cara membuat larutan penyangga dan penentuan pH larutan penyangga (konsep sains) dikaitkan dengan teknologi/teknik/prinsip pembuatan produk-produk berbasis larutan penyangga (unsur teknologi) dan beberapa keuntungan penggunaan produk-produk berbasis larutan penyangga tersebut (unsur masyarakat) juga dampak yang mungkin terjadi karena pembuangan kemasan produk-produk berbasis larutan penyangga (unsur masyarakat), tindakan yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi dampak tersebut (unsur masyarakat), serta penanaman dan pengambilan tanaman-tanaman tertentu sebagai bahan baku produk-produk berbasis larutan penyangga oleh masyarakat (unsur masyarakat dan lingkungan). Hubungan keempat unsur dapat dilihat pada diagram 2.3.
Ruang lingkup pokok materi larutan penyangga dalam konteks SETS dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Larutan penyangga dalam hubungan sosial masyarakat
Di antara contoh manfaat dan kerugian yang dapat dikembangkan dan dijelaskan dengan mempelajari sains larutan penyangga dengan visi dan pendekatan SETS antara lain:
a. dengan adanya teknik pengolahan limbah industri melalui proses anaerob masyarakat dapat terhindar dari berbagai macam penyakit yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tercemar limbah.
b. masyarakat dapat terserang penyakit-penyakit tertentu akibat penggunaan produk berbasis larutan penyangga secara berlebihan. Contohnya:
1) penggunaan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid secara berlebihan dapat menyebabkan katarak atau bahkan kebutaan.
2) penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai aturan, misalnya tidak mengganti larutan disinfektan/larutan perendam lensa kontak secara teratur dapat menyebabkan gloukoma.
3) penggunaan obat kumur beralkohol secara berlebihan dapat menyebabkan kanker mulut.
c. kebutuhan akan gizi dan cairan infus terpenuhi.
d. dengan adanya obat kumur, kesehatan gigi dan gusi masyarakat dapat terjaga.
e. masyarakat (terutama olahragawan/olahragawati) dapat meningkatkan performa olahraga dengan mengkonsumsi minuman isotonik yang mengandung natrium sitrat-asam sitrat.
f. terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap makanan dan minuman kemasan yang diawetkan.
g. tersedianya lapangan perkerjaan sebagai produsen atau distributor produk-produk berbasis larutan penyangga.
2. Larutan penyangga dalam hubungan dengan lingkungan dan manusia
a. dengan adanya teknik pengolahan limbah industri secara fisika melalui proses anaerob, maka kerusakan lingkungan akibat pencemaran limbah industri dapat dikurangi.
b. kebutuhan terhadap obat berbahan dari alam (obat alami) mendorong manusia untuk mengambil/memanfaatkan bahan-bahan dari alam. Beberapa di antaranya:
1) pembuatan obat kumur alami dari larutan garam dapur.
2) pembuatan obat tetes mata dari daun keben.
c. kebutuhan akan obat herbal yang semakin meningkat mendorong manusia untuk menanam tanman-tanaman yang bermanfaat sebagai bahan pembuat produk berbasis larutan penyangga. Contohnya: penanaman pohon keben sebagai bahan pembuat obat tetes mata.
d. penggunaan produk-produk berbasis larutan penyangga buatan pabrik umumnya dikemas dalam botol-botol plastik atau kaleng. Hal ini menyebabkan bertambahnya limbah.
e. meningkatnya limbah botol/kaleng kemasan produk-produk berbasis larutan penyangga mendorong manusia melakukan penanganan limbah (daur ulang botol/kaleng).
3. Larutan penyangga dalam hubungan dengan teknologi
a. Teknik pembuatan obat kumur. Obat kumur yang dimaksud adalah larutan garam dapur. Adapun teknik pembuatannya sebagai berikut:
1) mencampurkan garam dapur sebanyak 3,75 gram kedalam 250 ml air aquades hangat atau setara dengan segelas air minum biasa.
2) kemudian dikocok dengan sendok sampai larut secara merata.
3) berkumur dilakukan selama 1 menit dengan mengganti obat kumur sebanyak dua kali dan berkumur dengan menggerakkan oto-otot pipi, bibir dan lidah secara maksimal.
4) setelah berkumur usahakan untuk tidak makan, minum atau berkumur dengan larutan lain selama ±1 menit. Hal ini bertujuan agar larutan garam tersebut dapat bereaksi lebih lama terhadap jaringan yang meradang.
5) berkumur dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah makan dan malam sebelum tidur selama batas waktu yang tidak ditentukan.
b. Teknik pengolahan limbah melalui proses anaerob
Teknik pengolahan limbah melalui proses anaerob melibatkan proses bufferisasi (menggunakan larutan penyangga). Inti dari teknik pengolahan limbah ini yaitu adanya proses pengubahan senyawa organik menjadi metana dan karbon dioksida,tanpa kehadiran oksigen. Dekomposisi senyawa organik melalui proses anaerob ini terjadi melalui tiga tahapan: (1) reaksi hidrolisis, (2) reaksi pembentukan asam, (3) reaksi pembentukan metana.
Reaksi hidrolisis merupakan proses pelarutan senyawa organik yang semula tidak larut dan proses penguraian senyawa tersebut menjadi senyawa dengan berat molekul yang cukup kecil dan dapat melewati membran sel. Proses pembentukan asam melibatkan dua golongan besar bakteri, yaitu bakteri asidogenik dan asetogenik.
Proses pembentukan metana terutama berasal dari asam asetat, tetapi ada juga yang berasal dari hidrogen dan karbon dioksida. Ada dua kelompok bakteri yang berperan, yaitu bakteri metana asetoklastik dan bakteri metana pengkonsumsi hidrogen. Kedua bakteri penghasil metana ini sanagt sebsitif terhadap perubahan pH. Pada rentang pH 6-8,laju produksi gas metana berkisar antara 1-4 ml/hari. Penambahan larutan penyangga diperlukan untuk mempertahankan pH sekitar 7 agar pertumbuhan bakteri penghasil metana tidak terhambat. Larutan penyangga yang sering digunakan adalah Ca(OH)2, CaCO3, CaHCO3, Na2CO3. sistem penyangga dalam reaktor anaerob adalah H2CO3-CO2 dalam kesetimbangan: CO2 + H2O ⇄ H2CO3 ⇄ H+ + HCO3-
(http://kamale.wordpress.com)
c. Teknik pembuatan minuman penambah performa olahraga
Campuran garam sitrat dengan asam sitrat dalam produk minuman biasanya digunakan sebagai pengatur keasaman yang juga dapat memperkaya rasa dari minuman. Namun dalam kaitannya dengan kegiatan olahraga, campuran garam sitrat dengan asam sitrat juga dapat berfungsi sebagai ergogenic aids yang dapat ,membantu untuk meningkatkan performa olahraga.
Hal ini salah satunya disebabkan karena molekul ini dapat bersifat sebagai buffer terhadap asam laktat yang terbentuk dalam proses metabolisme energi secara anaerobik. Oleh sebab itu maka sitrat-natrium sitrat dapat membantu meningkatkan performa olahraga terutama pada olahraga intensitas tinggi yang bergantung terhadap sistem metabolisme secara anaerobik untuk menghasilkan energi.
Selain membantu memberikan peningkatan terhadap performa olahraga intensitas tinggi yang bergantung terhadap sistem metabolisme energi seara anaerobik. Konsumsi sitrat-natrium sitrat juga dapat memberikan peningkatan terhadap performa olahraga yang bersifat ketahanan (endurance) seperti lari jarak jauh atau juga road cycling.
(http://psslab.com/blog/index.php?categoryid=1&2_articleid=2)
TEH IJO bikin awet muda, Bener g c??
Kita tidak pernah berpikir kenapa setelah makan ayam goreng atau pecel lele dan makanan lainnya di warung kaki lima,atau restoran tertentu di Jawa Barat, kita selalu disuguhi minuman teh hangat. Padahal kalau dipelajari, teh banyak sekali membantu kita dalam mencegah berbagai macam penyakit. Pertanyaannya lebih lanjut adalah apakah orang yang menjual ayam goreng atau pecel lele tersebut mengetahui teh memiliki peran yang sangat vital, sehingga perlu diberikan dalam membantu mencegah berbagai penyakit? Atau sudah merupakan kebiasaan?
Tanaman teh (Camellia sinensis) banyak ditanam diberbagai negara di dunia sejak zaman baheula, termasuk Indonesia.
Teh dapat tumbuh dengan baik didaerah pegunungan beriklim sejuk pada ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang setinggi 4-8 meter. Daun teh berbentuk mangkuk panjang dengan gerigi halus pada pinggirannya. Daun teh yang berwarna hijau ini mendominasi perkebunan yang identik dengan hamparan warna hijau di kaki pegunungan. Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning.
Tanaman teh ini diambil daunnya untuk diproses lebih lanjut baik dalam skala industri rumah tangga (home industri) atau juga skala industri besar menjadi beraneka macam minuman teh di pasaran. Konsumsi teh dimulai sejak 4.000 tahun yang lalu. Diperkirakan lebih dari 2,5 juta ton berat kering teh diproduksi tiap tahunnya diseluruh dunia. Ada beberapa jenis teh yang dikenal yaitu teh hitam, teh oolong atau teh merah, teh hijau, dan teh putih.
Semua jenis teh, khususnya teh hijau, mengandung fluoride, suatu mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi dan gigi berlubang. Maka, disarankan untuk selalu minum teh setelah makan, karena kondisi gigi sering kali menggambarkan kondisi jantung. Teh hijau mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam jumlah sedikit. Kandungan mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi, sehingga bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah. Selain itu, teh hijau memiliki sejumlah senyawa kimia yang sangat bermnafaat bagi kesehatan manusia.
Perlu diketahui, teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Hal ini membuat teh hijau yang dikonsumsi mampu melindungi sel-sel tubuh dari berbagai pengaruh radikal bebas yang berperan besar menimbulkan kanker, penyumbatan pembuluh darah, dan gangguan jantung. Hasil riset di Erasmus University Medical School, Rotterdam mengungkapkan pula, bahwa pembuluh darah balik besar (aorta) para responden yang gemar meminum teh hijau memiliki lapisan yang mencegah terjadinya serangan jantung koroner. Dari berbagai jenis teh, teh hitam dihasilkan melalui proses semi fermentasi, teh merah melalui proses semi fermentasi, demikian juga dengan teh putih.
Teh hijau diproduksi dari daun teh yang diuapkan dan dikeringkan tanpa proses fermentasi, sehingga kandungan anti- oksidan lebih besar daripada teh hitam maupun teh merah. Sedangkan teh putih diperoleh dengan proses yang sama seperti teh hijau, namun bagian daun teh yang diambil adalah tunas atau pucuk yang masih berbulu putih. Ternyata kandungan antioksidan dalam teh putih lebih banyak dibandingkan dengan teh hijau. Namun demikian teh hijau diketahui memiliki antioksidan alami yang disebut polifenol yang dapat membantu menghalangi pertumbuhan sel kanker kulit.
Para ilmuwan di Jepang percaya, anti-oksidan polifenol yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan yang bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu mampu mengurangi resiko penyakit jantung , membunuh sel tumor dan menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit, juga dapat membantu dalam proses pencernaan makanan melalui stimulasi peritalsis dan pembuatan cairan pencernaan.
Makanan atau minuman yang mengandung antioksidan sangat membantu dalam hal mengganti dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Teh hijau lebih dikenal luas masyarakat dan lebih mudah diperoleh di pasaran, sementara teh putih sulit diperoleh dan hanya terdapat dibeberapa bagian negara tertentu misalnya di negara Cina Selain itu juga dari beberapa hasil riset disebutkan, teh hijau sudah banyak dikenal sebagai obat bagi berbagai penyakit
lainnya seperti berbagai penyakit lainnya seperti berbagai jenis kanker, stroke penyakit kardiovaskular, keluhan
gastrointestinal, perawatan gigi, perawatan kulit, mengurangi gula darah, mencegah arthritis, mencegah kerusakan hati,
serta sebagai penurun berat badan.
Panjang usia
Dilaporkan sebagai hasil riset pada beberapa jurnal tingkat nasional dan dunia, tingkat konsumsi teh hijau yang tinggi
berimplikasi pada usia penduduknya lebih panjang dan kondisi kesehatannya lebih sehat.
Selain alkaloid dan kafein, teh hijau mengandung polifenol antioksidan. Ada empat polifenol utama dalam daun teh, yaituepikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin galat (EGCG). Selain itu terdapat juga asam galat, galokatekin galat (GCG), galokatekin (GC), katekin galat (CG), katekin (C), asam amino,dan vitamin B.
Tanaman teh (Camellia sinensis) banyak ditanam diberbagai negara di dunia sejak zaman baheula, termasuk Indonesia.
Teh dapat tumbuh dengan baik didaerah pegunungan beriklim sejuk pada ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang setinggi 4-8 meter. Daun teh berbentuk mangkuk panjang dengan gerigi halus pada pinggirannya. Daun teh yang berwarna hijau ini mendominasi perkebunan yang identik dengan hamparan warna hijau di kaki pegunungan. Bunga teh berwarna putih dengan serbuk sari berwarna kuning.
Tanaman teh ini diambil daunnya untuk diproses lebih lanjut baik dalam skala industri rumah tangga (home industri) atau juga skala industri besar menjadi beraneka macam minuman teh di pasaran. Konsumsi teh dimulai sejak 4.000 tahun yang lalu. Diperkirakan lebih dari 2,5 juta ton berat kering teh diproduksi tiap tahunnya diseluruh dunia. Ada beberapa jenis teh yang dikenal yaitu teh hitam, teh oolong atau teh merah, teh hijau, dan teh putih.
Semua jenis teh, khususnya teh hijau, mengandung fluoride, suatu mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi dan gigi berlubang. Maka, disarankan untuk selalu minum teh setelah makan, karena kondisi gigi sering kali menggambarkan kondisi jantung. Teh hijau mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam jumlah sedikit. Kandungan mangan yang terdapat pada teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi, sehingga bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah. Selain itu, teh hijau memiliki sejumlah senyawa kimia yang sangat bermnafaat bagi kesehatan manusia.
Perlu diketahui, teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Hal ini membuat teh hijau yang dikonsumsi mampu melindungi sel-sel tubuh dari berbagai pengaruh radikal bebas yang berperan besar menimbulkan kanker, penyumbatan pembuluh darah, dan gangguan jantung. Hasil riset di Erasmus University Medical School, Rotterdam mengungkapkan pula, bahwa pembuluh darah balik besar (aorta) para responden yang gemar meminum teh hijau memiliki lapisan yang mencegah terjadinya serangan jantung koroner. Dari berbagai jenis teh, teh hitam dihasilkan melalui proses semi fermentasi, teh merah melalui proses semi fermentasi, demikian juga dengan teh putih.
Teh hijau diproduksi dari daun teh yang diuapkan dan dikeringkan tanpa proses fermentasi, sehingga kandungan anti- oksidan lebih besar daripada teh hitam maupun teh merah. Sedangkan teh putih diperoleh dengan proses yang sama seperti teh hijau, namun bagian daun teh yang diambil adalah tunas atau pucuk yang masih berbulu putih. Ternyata kandungan antioksidan dalam teh putih lebih banyak dibandingkan dengan teh hijau. Namun demikian teh hijau diketahui memiliki antioksidan alami yang disebut polifenol yang dapat membantu menghalangi pertumbuhan sel kanker kulit.
Para ilmuwan di Jepang percaya, anti-oksidan polifenol yang terdapat dalam teh hijau adalah bahan yang bertanggungjawab dalam memberikan kontribusi positif bagi kesehatan manusia, yaitu mampu mengurangi resiko penyakit jantung , membunuh sel tumor dan menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus terutama sel kanker kulit, juga dapat membantu dalam proses pencernaan makanan melalui stimulasi peritalsis dan pembuatan cairan pencernaan.
Makanan atau minuman yang mengandung antioksidan sangat membantu dalam hal mengganti dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Teh hijau lebih dikenal luas masyarakat dan lebih mudah diperoleh di pasaran, sementara teh putih sulit diperoleh dan hanya terdapat dibeberapa bagian negara tertentu misalnya di negara Cina Selain itu juga dari beberapa hasil riset disebutkan, teh hijau sudah banyak dikenal sebagai obat bagi berbagai penyakit
lainnya seperti berbagai penyakit lainnya seperti berbagai jenis kanker, stroke penyakit kardiovaskular, keluhan
gastrointestinal, perawatan gigi, perawatan kulit, mengurangi gula darah, mencegah arthritis, mencegah kerusakan hati,
serta sebagai penurun berat badan.
Panjang usia
Dilaporkan sebagai hasil riset pada beberapa jurnal tingkat nasional dan dunia, tingkat konsumsi teh hijau yang tinggi
berimplikasi pada usia penduduknya lebih panjang dan kondisi kesehatannya lebih sehat.
Selain alkaloid dan kafein, teh hijau mengandung polifenol antioksidan. Ada empat polifenol utama dalam daun teh, yaituepikatekin (EC), epikatekin galat (ECG), epigalokatekin (EGC), dan epigalokatekin galat (EGCG). Selain itu terdapat juga asam galat, galokatekin galat (GCG), galokatekin (GC), katekin galat (CG), katekin (C), asam amino,dan vitamin B.
Amankah kosmetik Anda?
AMANKAH KOSMETIK YANG ANDA PAKAI ?
Berbagai merek kosmetik kini beredar di Indonesia bahkan sampai ke pelosok desa. Dengan kemasan yang cantik dan promosi yang gencar tidak sedikit wanita Indonesia yang terpikat untuk memakainya, bahkan telah tersedia pula kosmetik untuk pria dan anak-anak.
Sering kali kita ingin tampil menarik, tetapi ketika memilih kosmetik lebih tertarik kepada bentuk dan kemasannya. Ada pula yang lebih suka memilih kosmetik impor daripada kosmetik lokal. Pilihan yang tidak tepat justru akan membahayakan pemakai itu sendiri, memilih kosmetik bukan sekedar membeli dan memakainya tetapi juga harus aman dan sesuai dengan kulit kita.
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya, sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan.
APA ISI KOSMETIK ?
Kosmetik didefinisikan sebagai bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Pada umumnya kosmetik terdiri dari berbagai macam bahan yang mempunyai fungsi tertentu didalamnya.
Bahan kosmetik terdiri dari :
• Bahan dasar ( vehikulum)
Merupakan basis/ dasar untuk bahan lain atau sebagai pelarut sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar dari bahan lainnya.
Bahan dasar kosmetik pada umumnya terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar lain; b) Alkohol atau campurannya; c) Vaselin atau campurannya; d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya; e)Talkum atau campurannya.
• Bahan aktif
Merupakan bahan kosmetik terpenting dan mempunyai daya kerja yang diunggulkan dalam kosmetik tersebut. Konsentrasi bahan aktif pada umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasar misalnya bahan aktif dalam sediaan pembersih muka.
• Bahan untuk menstabilkan campuran (stabilizer)
Adalah bahan-bahan untuk menstabilkan campuran sehingga kosmetik dapat lebih stabil, baik dalam warna, bau dan bentuk fisik, adapun bahan-bahan tersebut adalah :
1. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara merata (homogen), misalnya lanolin, gliserin, alkohol, lilin, gliseril monosterarat.
2. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman sehingga dapat menangkal terjadinya bau tengik karena aktivitas mikroba sehingga kosmetik menjadi lebih stabil, misal asam benzoat, alkohol, formaldehid.
BAHAN KOSMETIK
Bahan baku kosmetik sangat bervariasi dan jumlahnya sangat banyak, untuk memenuhi kebutuhan dasar produksi kosmetik ada 5 macam bahan baku yang penting yaitu :
1. Waxes dan oils
Wax (malam) adalah bahan mirip material plastis yang dapat diperoleh dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mineral alami dan hanya beberapa jenis yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik.
Fungsi wax dalam kosmetik :
a. Membentuk lapisan penahan air ( water repellent film).
b. larut dalam minyak sehingga membentuk lapisan emolien yang tertinggal pada kulit.
c. Bekerja sebagai emulsifyng agent.
d. Merupakan zat penebal dan memperbaiki tekstur dan kelembutan emulsi.
e. Membentuk lapisan berkilat dan memberi bentuk pada lipstik.
2. Pengawet (preservatif)
Kosmetik yang terdiri dari berbagai macam lemak dan minyak merupakan bahan yang mudah ditumbuhi mikroorganisma baik bakteri amuba maupun jamur yang akan merusak bahan sehingga terjadi perubahan bau dan warna, untuk menanggulangi hal ini diperlukan zat pengawet.
Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Contoh bahan pengawet adalah nipagin, nipasol dan nipabutil.
3. Antioksidan
Kosmetik juga mudah teroksidasi sehingga bahan yang terkandung didalamnya akan berubah warna dan bentuk, untuk mencegah hal tersebut digunakan bahan antioksidan.
Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat :
o Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetik
o Tidak berwarna
o Tidak toksik
o Tidak berubah meskipun disimpan lama
Contoh antioksidan adalah progalin, biasanya hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sekali.
4. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam kosmetik umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu :
. Pewarna yang dapat larut dalam air, alkohol atau minyak
a. Pewarna yang tidak larut
Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Ada beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, seperti kulit di sekitar mata, sekitar mulut, bibir dan kuku.
5. Pewangi
Semula sebagai pewangi digunakan bahan-bahan alamiah yang harum yaitu bunga, daun atau kulit batang pohon. Ketika kebutuhan akan pewangi semakin meningkat digunakan cara lain yaitu dengan cara identifikasi bahan aktif parfum dan membuat parfum sintetis .
Penggunaan bahan baku kosmetik di Indonesia telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik, Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kosmetik tahun 2004 dimana terdapat lampiran mengenai bahan kosmetik yang dilarang, bahan kosmetik yang diizinkan dengan batasan kadar dan penandaan, bahan pewarna, bahan pengawet dan tabir surya yang diizinkan.
BAGAIMANA KOSMETIK DIBUAT ?
Untuk membuat kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan dibutuhkan langkah-langkah pembuatan yang baik. Good Manufacturing Practice (GMP) merupakan suatu konsep total dari sistem langkah produksi dan pengawasan yang terkoordinasi dengan baik, dimana bila penerapannya konsisten akan dihasilkan produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan.
Badan POM telah mempunyai suatu pedoman dalam proses produksi kosmetik yang di sebut Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.3870 tentang Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB).
Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh kosmetik yang memenuhi peryaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk kosmetik tergantung dari bahan yang digunakan, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu.
ADAKAH EFEK SAMPING KOSMETIK ?
Karena terjadi kontak antara kosmetik dengan kulit, maka ada kemungkinan akan terserap dan masuk kebagian yang lebih dalam. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positip berupa manfaat kosmetik dan akibat negatip berupa efek samping kosmetik.
Efek samping penggunaan kosmetik terdiri atas :
a. Efek samping pada kulit
Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetik yang dikenakan pada kulit dapat berupa :
o Dermatitis
Kontak alergi atau iritan, biasanya akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat alergik atau iritan, misal parafenilendiamin pada cat rambut, natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokinon pada pemutih kulit.
o Akne kosmetik
Terjadi akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat, petrolatum pada minyak rambut atau maskara, alkohol laurat pada pelembab.
o Fotosensitivitas
Terjadi akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam kosmetik, misal parafenilendiamin pada cat rambut, klormerkapto dikarboksimid dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta karoten, sinamat atau sinoksat pada tabir surya.
o Pigmented cosmetic dermatitis
Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa gatal, terjadi akibat kontak antar kulit dengan bahan pewarna jenis ter batubara terutama brilliant lake red dan turunan fenilazonaftol.
o Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru diperkirakan akan terjadi, misal purpura akibat parafenilendiamine, dermatitis folikular akibat adanya unsur nikel, kobal dan lainnya, granuloma akibat garam zirkonium dalam deodoran dan merkuri dalam pemutih kulit.
b. Efek samping pada rambut dan kuku
Efek samping kosmetik pada rambut dan kuku berupa kerontokan rambut, kerusakan kuku dan rambut dan perubahan warna kuku atau rambut. Pemakaian kosmetik kuku atau rambut dapat memberikan reaksi pada kulit sekitarnya, misalnya leher. Bahan kosmetik kuku atau rambut yang sering menimbulkan efek samping adalah formaldehid pada cat kuku, natrium atau kalium hidroksida pada pelepas kutikula kuku (cuticle remover) dan tioglikolat pada sediaan pengeriting rambut (permanent wave).
c. Efek samping pada mata
Kosmetik mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau sediaan lain yang pemakaiannya dekat mata, misalnya sediaan rambut atau rias wajah dapat menimbulkan efek samping pada mata berupa :
o Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat yang masuk ke mata, misal isoparafin, alkohol, propilenglikol dan sabun.
o Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya partikel mascara, eye shadow atau eye liner ke dalam mata.
o Infeksi mata ringan sampai berat akibat pemakaian kosmetik yang tercemar kuman Pseudomonas aeruginosa.
d. Kelainan pada saluran napas
Keluhan pada saluran napas dapat terjadi pada pemakaian kosmetik terutama dalam bentuk aerosol (hair spray atau deodorant spray) yang digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk.
e. Efek toksik jangka panjang
Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetik mungkin menimbulkan efek jangka panjang pada berbagai organ tubuh misal darah, hati, ginjal, limpa, paru-paru, embrio (teratogen), alat endokrin dan kelenjar limfe. Kelainan ini dapat terjadi akibat efek kumulatif pemakaian kosmetik yang umumnya digunakan dalam jangka waktu lama puluhan tahun dan daerah pemakaian yang luas. Kemungkinan mutagenitas kosmetik dikhawatirkan dapat terjadi, dan penilaian retrospektif di kemudian hari yang dapat membuktikan kemungkinan tersebut.
f. Tingkat efek samping
Efek samping yang terjadi dari pemakaian kosmetik dapat tidak mengganggu, tetapi dapat pula sangat mengganggu, FDA membagi tingkat efek samping menjadi :
o Ringan, bila keluhan yang terjadi tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dengan gejala iritasi minor sehingga tidak memerlukan terapi khusus. Dengan menghentikan pemakaian kosmetik, maka gejala akan menghilang. Delapan puluh lima persen efek samping kosmetik terjadi pada tingkat ini.
o Sedang, bila keluhan yang terjadi sudah mengganggu, dalam waktu yang lebih lama dengan gejala klinis yang lebih nyata. Penderita sudah memerlukan bantuan pengobatan dari dokter. Sepuluh persen penderita berada pada tingkat ini.
o Berat, bila keluhan yang terjadi sangat mengganggu kegiatannya, gejala klinis berupa nyeri dan gatal disertai gejala sistemik berupa demam, pusing dan sesak napas. Penderita memerlukan pengobatan intensif baik topikal maupun sistemik.
UJI KULIT
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada pemakaian kosmetik adalah dengan melakukan uji kulit. Uji kulit terdiri dari berbagai cara, baik yang dapat dilakukan sendiri maupun yang harus dilakukan oleh dan di bawah pengawasan dokter.Jenis uji kulit :
• Preventif
Yaitu uji kulit yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit. Konsumen yang akan menggunakan kosmetik atau akan menggunakan kosmetik baru dapat melakukan uji pakai (usage test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain dengan cara yang biasa dipakai sehari-hari, setelah itu dibiarkan selama 24-48 jam, bila tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan maka kosmetik tersebut aman digunakan.
• Diagnostik
Yaitu uji kulit yang dilakukan pada konsumen yang telah menderita efek samping kosmetik. Pada konsumen yang telah memakai kosmetik baik dalam jangka waktu panjang maupun singkat yang kemudian menderita efek samping atau diduga menderita efek samping terhadap kosmetik dapat dilakukan :
1. Uji Eliminasi dan Uji Pakai (Usage Test)
Penderita yang menunjukkan gejala efek samping dianjurkan untuk segera menghentikan pemakaian seluruh kosmetik. Bila gejala berkurang dan menghilang, maka dapat diduga salah satu kosmetik yang digunakan merupakan penyebab efek samping tersebut.Bila gejala sudah menghilang kosmetik tersebut dapat dicoba kembali satu persatu dengan tenggang waktu 2-3 hari untuk memantau apakah timbul lagi gejala yang sama. Kosmetik yang menimbulkan gejala efek samping itulah yang dianggap sebagai penyebab terjadinya efek samping. Uji eliminasi dan uji pakai dapat dilakukan sendiri tetapi dibawah pengawasan dokter.
2. Uji Tempel (Patch Test)
Uji tempel dapat dilakukan setelah 3-7 hari penderita sembuh dari efek samping kosmetik. Cara melakukan uji tempel :
a. Tertutup, yaitu dengan menempelkan kosmetik yang dipakai atau dengan bahan standar, yang dilakukan di punggung dengan bahan penutup tertentu, lalu dibiarkan selama 48 jam tanpa dibilas atau mandi. Setelah 48 jam segera dibaca oleh dokter untuk menentukan hasil uji. Kosmetik yang memberikan reaksi diduga menjadi penyebab terjadinya efek samping
b. Terbuka, yaitu uji tempel yang dilakukan tanpa penutup. Agar terhindar dari gesekan atau usapan, uji tempel ini biasanya dilakukan dibelakang daun telinga, uji ini biasanya dilakukan untuk bahan kosmetik yang mudah menguap.
c. Dengan sinar, yaitu uji tempel tertutup yang dibuka setelah 24 jam dan disinari dengan sinar matahari atau ultraviolet selama 15 menit lalu ditutup lagi dan dibaca oleh dokter 24 jam kemudian. Untuk membandingkan bisanya uji tempel dengan sinar dilakukan pada dua sisi dan hanya pada satu sisi saja yang diberikan sinar.
d. Uji terbuka (open test), dilakukan bila uji tempel memberikan hasil negatif dengan cara mengoleskan kosmetik yang diduga memberikan efek samping 2-3 kali sehari di lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut. Pembacaan hasil dilakukan oleh dokter setelah 48-72 jam.
KOSMETIK HIPOALERGENIK
Usaha untuk mengurangi efek samping kosmetik, terutama efek samping pada kulit dapat dilakukan dengan membuat kosmetik yang tidak mengandung bahan yang sering menimbulkan efek samping baik alergen maupun iritan. Kosmetik ini disebut sebagai kosmetik ”hipoalergenik”, ditujukan khusus bagi mereka yang kulitnya sensitif dan telah dilakukan uji alergi. Namun perlu diketahui bahwa kosmetik hipoalergenik tidak menjamin seratus persen keamanan kosmetik secara keseluruhan, karena pada orang tertentu masih mungkin terjadi efek samping oleh zat yang dianggap jarang menimbulkan efek samping.
TIPS DAN ALTERNATIF PEMAKAIAN KOSMETIK
1. Perhatikan informasi mengenai tatacara penggunaan kosmetik sehingga tidak terjadi salah pakai atau pemakaian yang berlebihan yang biasanya menyebabkan terjadi efek samping kosmetik.
2. Perhatikan apakah kosmetik mempunyai nomor pendaftaran, karena apabila telah terdaftar kosmetik telah melalui evaluasi mutu dan keamanan di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
3. Mencari kosmetik lain yaitu kosmetik hipoalergenik yang memang sengaja dibuat untuk menghindarkan efek samping kosmertik.
4. Melakukan uji kulit terhadap kosmetik yang akan digunakan.
TANYA JAWAB :
1. Tanya :Bagaimana cara membedakan produk kosmetik yang baik, mengingat banyaknya produk kosmetik yang beredar terutama kosmetik impor ?
Jawab :Produk kosmetik yang baik, artinya aman dan bermanfaat adalah produk yang mengandung bahan-bahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kosmetik yang berlaku, dan informasi lebih lanjut tentang kosmetik tersebut dapat ditanyakan kepada ULPK Badan POM
2. Tanya :Bagaimana cara melaporkan apabila terjadi efek samping akibat pemakaian kosmetik ?
Jawab :Apabila terjadi reaksi yang tidak dan inginkan dari penggunaan kosmetik atau reaksi efek samping, dapat dilaporkan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan No telepon (021) 4243333 atau (021)4244691 ext 1025.
3. Tanya :Bagaimana cara mengetahui bahwa kosmetik aman untuk digunakan ?
Jawab :Dengan memperhatikan isi dari kosmetik apakah sudah terjadi perubahan warna, bau menjadi tengik dan sebagainya serta perhatikan informasi cara penggunaan dari kosmetik tersebut. Apabila masih meragukan lakukan uji kulit sebelum menggunakan kosmetik tersebut
Berbagai merek kosmetik kini beredar di Indonesia bahkan sampai ke pelosok desa. Dengan kemasan yang cantik dan promosi yang gencar tidak sedikit wanita Indonesia yang terpikat untuk memakainya, bahkan telah tersedia pula kosmetik untuk pria dan anak-anak.
Sering kali kita ingin tampil menarik, tetapi ketika memilih kosmetik lebih tertarik kepada bentuk dan kemasannya. Ada pula yang lebih suka memilih kosmetik impor daripada kosmetik lokal. Pilihan yang tidak tepat justru akan membahayakan pemakai itu sendiri, memilih kosmetik bukan sekedar membeli dan memakainya tetapi juga harus aman dan sesuai dengan kulit kita.
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang ada di sekitarnya, sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan.
APA ISI KOSMETIK ?
Kosmetik didefinisikan sebagai bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Pada umumnya kosmetik terdiri dari berbagai macam bahan yang mempunyai fungsi tertentu didalamnya.
Bahan kosmetik terdiri dari :
• Bahan dasar ( vehikulum)
Merupakan basis/ dasar untuk bahan lain atau sebagai pelarut sehingga umumnya menempati volume yang lebih besar dari bahan lainnya.
Bahan dasar kosmetik pada umumnya terdiri dari : a) Air atau campurannya dengan bahan dasar lain; b) Alkohol atau campurannya; c) Vaselin atau campurannya; d) Minyak atau garam minyak dengan campurannya; e)Talkum atau campurannya.
• Bahan aktif
Merupakan bahan kosmetik terpenting dan mempunyai daya kerja yang diunggulkan dalam kosmetik tersebut. Konsentrasi bahan aktif pada umumnya kecil, namun dapat pula tinggi apabila bahan tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasar misalnya bahan aktif dalam sediaan pembersih muka.
• Bahan untuk menstabilkan campuran (stabilizer)
Adalah bahan-bahan untuk menstabilkan campuran sehingga kosmetik dapat lebih stabil, baik dalam warna, bau dan bentuk fisik, adapun bahan-bahan tersebut adalah :
1. Emulgator, yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara merata (homogen), misalnya lanolin, gliserin, alkohol, lilin, gliseril monosterarat.
2. Pengawet, yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman sehingga dapat menangkal terjadinya bau tengik karena aktivitas mikroba sehingga kosmetik menjadi lebih stabil, misal asam benzoat, alkohol, formaldehid.
BAHAN KOSMETIK
Bahan baku kosmetik sangat bervariasi dan jumlahnya sangat banyak, untuk memenuhi kebutuhan dasar produksi kosmetik ada 5 macam bahan baku yang penting yaitu :
1. Waxes dan oils
Wax (malam) adalah bahan mirip material plastis yang dapat diperoleh dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mineral alami dan hanya beberapa jenis yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik.
Fungsi wax dalam kosmetik :
a. Membentuk lapisan penahan air ( water repellent film).
b. larut dalam minyak sehingga membentuk lapisan emolien yang tertinggal pada kulit.
c. Bekerja sebagai emulsifyng agent.
d. Merupakan zat penebal dan memperbaiki tekstur dan kelembutan emulsi.
e. Membentuk lapisan berkilat dan memberi bentuk pada lipstik.
2. Pengawet (preservatif)
Kosmetik yang terdiri dari berbagai macam lemak dan minyak merupakan bahan yang mudah ditumbuhi mikroorganisma baik bakteri amuba maupun jamur yang akan merusak bahan sehingga terjadi perubahan bau dan warna, untuk menanggulangi hal ini diperlukan zat pengawet.
Bahan pengawet adalah bahan pencegah dekomposisi preparat dengan cara menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Contoh bahan pengawet adalah nipagin, nipasol dan nipabutil.
3. Antioksidan
Kosmetik juga mudah teroksidasi sehingga bahan yang terkandung didalamnya akan berubah warna dan bentuk, untuk mencegah hal tersebut digunakan bahan antioksidan.
Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat :
o Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetik
o Tidak berwarna
o Tidak toksik
o Tidak berubah meskipun disimpan lama
Contoh antioksidan adalah progalin, biasanya hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit sekali.
4. Pewarna
Pewarna yang digunakan dalam kosmetik umumnya terdiri atas 2 jenis yaitu :
. Pewarna yang dapat larut dalam air, alkohol atau minyak
a. Pewarna yang tidak larut
Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Ada beberapa bagian tubuh sensitif terhadap zat warna tertentu, seperti kulit di sekitar mata, sekitar mulut, bibir dan kuku.
5. Pewangi
Semula sebagai pewangi digunakan bahan-bahan alamiah yang harum yaitu bunga, daun atau kulit batang pohon. Ketika kebutuhan akan pewangi semakin meningkat digunakan cara lain yaitu dengan cara identifikasi bahan aktif parfum dan membuat parfum sintetis .
Penggunaan bahan baku kosmetik di Indonesia telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik, Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kosmetik tahun 2004 dimana terdapat lampiran mengenai bahan kosmetik yang dilarang, bahan kosmetik yang diizinkan dengan batasan kadar dan penandaan, bahan pewarna, bahan pengawet dan tabir surya yang diizinkan.
BAGAIMANA KOSMETIK DIBUAT ?
Untuk membuat kosmetik yang memenuhi standar mutu dan keamanan dibutuhkan langkah-langkah pembuatan yang baik. Good Manufacturing Practice (GMP) merupakan suatu konsep total dari sistem langkah produksi dan pengawasan yang terkoordinasi dengan baik, dimana bila penerapannya konsisten akan dihasilkan produk yang memenuhi standar mutu dan keamanan.
Badan POM telah mempunyai suatu pedoman dalam proses produksi kosmetik yang di sebut Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.3870 tentang Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB).
Dalam pembuatan kosmetik, pengawasan yang menyeluruh disertai pemantauan sangat penting untuk menjamin agar konsumen memperoleh kosmetik yang memenuhi peryaratan mutu yang ditetapkan. Mutu produk kosmetik tergantung dari bahan yang digunakan, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Hal ini berkaitan dengan seluruh aspek produksi dan pemeriksaan mutu.
ADAKAH EFEK SAMPING KOSMETIK ?
Karena terjadi kontak antara kosmetik dengan kulit, maka ada kemungkinan akan terserap dan masuk kebagian yang lebih dalam. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positip berupa manfaat kosmetik dan akibat negatip berupa efek samping kosmetik.
Efek samping penggunaan kosmetik terdiri atas :
a. Efek samping pada kulit
Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetik yang dikenakan pada kulit dapat berupa :
o Dermatitis
Kontak alergi atau iritan, biasanya akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat alergik atau iritan, misal parafenilendiamin pada cat rambut, natrium laurilsulfat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokinon pada pemutih kulit.
o Akne kosmetik
Terjadi akibat kontak antara kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat, petrolatum pada minyak rambut atau maskara, alkohol laurat pada pelembab.
o Fotosensitivitas
Terjadi akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam kosmetik, misal parafenilendiamin pada cat rambut, klormerkapto dikarboksimid dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta karoten, sinamat atau sinoksat pada tabir surya.
o Pigmented cosmetic dermatitis
Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa gatal, terjadi akibat kontak antar kulit dengan bahan pewarna jenis ter batubara terutama brilliant lake red dan turunan fenilazonaftol.
o Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan baru diperkirakan akan terjadi, misal purpura akibat parafenilendiamine, dermatitis folikular akibat adanya unsur nikel, kobal dan lainnya, granuloma akibat garam zirkonium dalam deodoran dan merkuri dalam pemutih kulit.
b. Efek samping pada rambut dan kuku
Efek samping kosmetik pada rambut dan kuku berupa kerontokan rambut, kerusakan kuku dan rambut dan perubahan warna kuku atau rambut. Pemakaian kosmetik kuku atau rambut dapat memberikan reaksi pada kulit sekitarnya, misalnya leher. Bahan kosmetik kuku atau rambut yang sering menimbulkan efek samping adalah formaldehid pada cat kuku, natrium atau kalium hidroksida pada pelepas kutikula kuku (cuticle remover) dan tioglikolat pada sediaan pengeriting rambut (permanent wave).
c. Efek samping pada mata
Kosmetik mata (eye liner, mascara, eye shadow dan lainnya ) atau sediaan lain yang pemakaiannya dekat mata, misalnya sediaan rambut atau rias wajah dapat menimbulkan efek samping pada mata berupa :
o Rasa tersengat (stinging) dan rasa terbakar (burning) akibat iritasi oleh zat yang masuk ke mata, misal isoparafin, alkohol, propilenglikol dan sabun.
o Konjungtivitis alergik dengan atau tanpa dermatitis akibat masuknya partikel mascara, eye shadow atau eye liner ke dalam mata.
o Infeksi mata ringan sampai berat akibat pemakaian kosmetik yang tercemar kuman Pseudomonas aeruginosa.
d. Kelainan pada saluran napas
Keluhan pada saluran napas dapat terjadi pada pemakaian kosmetik terutama dalam bentuk aerosol (hair spray atau deodorant spray) yang digunakan di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk.
e. Efek toksik jangka panjang
Meskipun sukar dinilai, penggunaan kosmetik mungkin menimbulkan efek jangka panjang pada berbagai organ tubuh misal darah, hati, ginjal, limpa, paru-paru, embrio (teratogen), alat endokrin dan kelenjar limfe. Kelainan ini dapat terjadi akibat efek kumulatif pemakaian kosmetik yang umumnya digunakan dalam jangka waktu lama puluhan tahun dan daerah pemakaian yang luas. Kemungkinan mutagenitas kosmetik dikhawatirkan dapat terjadi, dan penilaian retrospektif di kemudian hari yang dapat membuktikan kemungkinan tersebut.
f. Tingkat efek samping
Efek samping yang terjadi dari pemakaian kosmetik dapat tidak mengganggu, tetapi dapat pula sangat mengganggu, FDA membagi tingkat efek samping menjadi :
o Ringan, bila keluhan yang terjadi tidak mengganggu kegiatan sehari-hari dengan gejala iritasi minor sehingga tidak memerlukan terapi khusus. Dengan menghentikan pemakaian kosmetik, maka gejala akan menghilang. Delapan puluh lima persen efek samping kosmetik terjadi pada tingkat ini.
o Sedang, bila keluhan yang terjadi sudah mengganggu, dalam waktu yang lebih lama dengan gejala klinis yang lebih nyata. Penderita sudah memerlukan bantuan pengobatan dari dokter. Sepuluh persen penderita berada pada tingkat ini.
o Berat, bila keluhan yang terjadi sangat mengganggu kegiatannya, gejala klinis berupa nyeri dan gatal disertai gejala sistemik berupa demam, pusing dan sesak napas. Penderita memerlukan pengobatan intensif baik topikal maupun sistemik.
UJI KULIT
Salah satu cara untuk menghindari terjadinya efek samping pada pemakaian kosmetik adalah dengan melakukan uji kulit. Uji kulit terdiri dari berbagai cara, baik yang dapat dilakukan sendiri maupun yang harus dilakukan oleh dan di bawah pengawasan dokter.Jenis uji kulit :
• Preventif
Yaitu uji kulit yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit. Konsumen yang akan menggunakan kosmetik atau akan menggunakan kosmetik baru dapat melakukan uji pakai (usage test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain dengan cara yang biasa dipakai sehari-hari, setelah itu dibiarkan selama 24-48 jam, bila tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan maka kosmetik tersebut aman digunakan.
• Diagnostik
Yaitu uji kulit yang dilakukan pada konsumen yang telah menderita efek samping kosmetik. Pada konsumen yang telah memakai kosmetik baik dalam jangka waktu panjang maupun singkat yang kemudian menderita efek samping atau diduga menderita efek samping terhadap kosmetik dapat dilakukan :
1. Uji Eliminasi dan Uji Pakai (Usage Test)
Penderita yang menunjukkan gejala efek samping dianjurkan untuk segera menghentikan pemakaian seluruh kosmetik. Bila gejala berkurang dan menghilang, maka dapat diduga salah satu kosmetik yang digunakan merupakan penyebab efek samping tersebut.Bila gejala sudah menghilang kosmetik tersebut dapat dicoba kembali satu persatu dengan tenggang waktu 2-3 hari untuk memantau apakah timbul lagi gejala yang sama. Kosmetik yang menimbulkan gejala efek samping itulah yang dianggap sebagai penyebab terjadinya efek samping. Uji eliminasi dan uji pakai dapat dilakukan sendiri tetapi dibawah pengawasan dokter.
2. Uji Tempel (Patch Test)
Uji tempel dapat dilakukan setelah 3-7 hari penderita sembuh dari efek samping kosmetik. Cara melakukan uji tempel :
a. Tertutup, yaitu dengan menempelkan kosmetik yang dipakai atau dengan bahan standar, yang dilakukan di punggung dengan bahan penutup tertentu, lalu dibiarkan selama 48 jam tanpa dibilas atau mandi. Setelah 48 jam segera dibaca oleh dokter untuk menentukan hasil uji. Kosmetik yang memberikan reaksi diduga menjadi penyebab terjadinya efek samping
b. Terbuka, yaitu uji tempel yang dilakukan tanpa penutup. Agar terhindar dari gesekan atau usapan, uji tempel ini biasanya dilakukan dibelakang daun telinga, uji ini biasanya dilakukan untuk bahan kosmetik yang mudah menguap.
c. Dengan sinar, yaitu uji tempel tertutup yang dibuka setelah 24 jam dan disinari dengan sinar matahari atau ultraviolet selama 15 menit lalu ditutup lagi dan dibaca oleh dokter 24 jam kemudian. Untuk membandingkan bisanya uji tempel dengan sinar dilakukan pada dua sisi dan hanya pada satu sisi saja yang diberikan sinar.
d. Uji terbuka (open test), dilakukan bila uji tempel memberikan hasil negatif dengan cara mengoleskan kosmetik yang diduga memberikan efek samping 2-3 kali sehari di lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut. Pembacaan hasil dilakukan oleh dokter setelah 48-72 jam.
KOSMETIK HIPOALERGENIK
Usaha untuk mengurangi efek samping kosmetik, terutama efek samping pada kulit dapat dilakukan dengan membuat kosmetik yang tidak mengandung bahan yang sering menimbulkan efek samping baik alergen maupun iritan. Kosmetik ini disebut sebagai kosmetik ”hipoalergenik”, ditujukan khusus bagi mereka yang kulitnya sensitif dan telah dilakukan uji alergi. Namun perlu diketahui bahwa kosmetik hipoalergenik tidak menjamin seratus persen keamanan kosmetik secara keseluruhan, karena pada orang tertentu masih mungkin terjadi efek samping oleh zat yang dianggap jarang menimbulkan efek samping.
TIPS DAN ALTERNATIF PEMAKAIAN KOSMETIK
1. Perhatikan informasi mengenai tatacara penggunaan kosmetik sehingga tidak terjadi salah pakai atau pemakaian yang berlebihan yang biasanya menyebabkan terjadi efek samping kosmetik.
2. Perhatikan apakah kosmetik mempunyai nomor pendaftaran, karena apabila telah terdaftar kosmetik telah melalui evaluasi mutu dan keamanan di Badan Pengawas Obat dan Makanan.
3. Mencari kosmetik lain yaitu kosmetik hipoalergenik yang memang sengaja dibuat untuk menghindarkan efek samping kosmertik.
4. Melakukan uji kulit terhadap kosmetik yang akan digunakan.
TANYA JAWAB :
1. Tanya :Bagaimana cara membedakan produk kosmetik yang baik, mengingat banyaknya produk kosmetik yang beredar terutama kosmetik impor ?
Jawab :Produk kosmetik yang baik, artinya aman dan bermanfaat adalah produk yang mengandung bahan-bahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kosmetik yang berlaku, dan informasi lebih lanjut tentang kosmetik tersebut dapat ditanyakan kepada ULPK Badan POM
2. Tanya :Bagaimana cara melaporkan apabila terjadi efek samping akibat pemakaian kosmetik ?
Jawab :Apabila terjadi reaksi yang tidak dan inginkan dari penggunaan kosmetik atau reaksi efek samping, dapat dilaporkan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM dengan No telepon (021) 4243333 atau (021)4244691 ext 1025.
3. Tanya :Bagaimana cara mengetahui bahwa kosmetik aman untuk digunakan ?
Jawab :Dengan memperhatikan isi dari kosmetik apakah sudah terjadi perubahan warna, bau menjadi tengik dan sebagainya serta perhatikan informasi cara penggunaan dari kosmetik tersebut. Apabila masih meragukan lakukan uji kulit sebelum menggunakan kosmetik tersebut
COKELAT CEGAH KANKER...INTIP YUKS!!
COKELAT CEGAH KANKER, STROKE, DAN PJK
Cokelat adalah jenis makanan yang banyak digemari dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Cokelat mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Cokelat juga menghasilkan antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas penyebab kanker. Banyak orang dewasa menganggap makan cokelat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan biji kakao (cocoa bean) yang sudah diolah menjadi permen, batang cokelat (chocolate bar), black forest cake, mesyes (taburan untuk roti) dan lain-lain, sarat gula dan lemak. Produk-produk hasil olahan ini membuat sifat baik cokelat menjadi kurang bermakna. Itulah sebabnya makanan lezat yang berasal dari kawasan Amerika Tengah dan Selatan ini diberi label negatif. Cokelat dicap sebagai penyebab alergi, sakit gigi, dan membuat anak menjadi hiperaktif. Tidak hanya itu, bagi mereka yang sedang menjalani program diet alias pelangsingan tubuh, cokelat selalu dihindari. Karena cokelat dianggap penyebab kegemukan (obesitas), pemacu pembentukan kolesterol, memunculkan jerawat, dan migrain. Fenomena ini menyebabkan orang dewasa menjadi amat jarang menikmati lezatnya cokelat. Namun, hal ini tidak berlaku bagi anak-anak yang selalu minta dibelikan makanan bergizi dan sehat ini.
Yang menjadi pertanyaan, amankah mengkonsumsi cokelat? Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa cokelat memiliki senyawa bioaktif yang bermanfaat mencegah penimbunan kolesterol dan mencegah kanker. Jadi, jika kita menyantap 100 gram cokelat bubuk atau batang, selain energi kurang lebih 300 kalori, tubuh pun akan memperoleh manfaat positif dari lemak tak jenuh linoleat, oleat, dan antioksidan yang disimpannya.
Proses Pengolahan
Cokelat diolah dari biji buah tanaman kakao (theobroma cacao), berarti food of the god's yang sudah mengalami perlakuan khusus, yaitu fermentasi. Buah kakao mula-mula dipecah dengan menggunakan batang kayu. Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari agar biji kakao tidak memar, sehingga kualitasnya terjamin baik. Biji yang masih diibungkus lendir ini kemudian difermentasi untuk memunculkan aroma khas cokelat pada proses pengolahan selanjutnya.
Proses fermentasi ini amat kompleks karena melibatkan mikrobia tertentu seperti bakteri asam laktat, asam asetat, dan yeast. Gunanya untuk memacu reaksi-reaksi enzimatis dalam merangsang pembentukan senyawa flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan. Secara komersial, derajat fermentasi biji kakao ditandai dengan perubahan warna pada kotiledonnya.
Munculnya warna cokelat pada biji menandakan bahwa fermentasi berlangsung baik. Baru setelah itu dilakukanlah pengeringan untuk membentuk prekusor (cikal bakal) aroma, yakni flavanoid (katekin, epikatekin, dan gallokatekin), asam-asam amino dan gula, yang bertanggung jawab penuh untuk pembentukan aroma khas cokelat selanjutnya. Jadi, jika biji kakao tidak mengalami proses fermentasi, niscaya produknya tidak memiliki aroma khas cokelat yang lezat itu. Biji kakao yang sudah mengalami pemeraman (fermentasi) dan pengeringan, selanjutnya dibersihkan dari kulit, sehingga siap digiling untuk memperoleh bubur cokelat. Bubur cokelat mudah mengalami oksidasi, sehingga harus segera dipisahkan dari lemak dengan cara pengepresan. Hasilnya berupa balok-balok cokelat yang rasanya pahit, tetapi tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Diganti Minyak Sawit
Jika hendak membuat beragam produk, seperti batang, permen, dan lain-lain, balok-balok ini kemudian diolah dengan menambahkan kembali lemak, guna membentuk tekstur dan menghidupkan aroma cokelat olahan yang nikmat. Dengan proses seperti ini, kita tak hanya memperoleh cokelat yang lezat, tapi juga amat bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena mengandung senyawa bioaktif flavonoid.
Namun, dalam prakteknya pihak industri pangan kerap menambahkan bukan lemak cokelat, tapi minyak sawit atau kelapa dan esens cokelat karena biayanya lebih murah. Inilah yang membuat citra cokelat kerap tercela, dinilai sebagai makanan yang kurang sehat alias Junk Food.
Jadi, dalam memilih produk olahan cokelat di pasar swalayan, diperlukan kehati-hatian agar kita memperoleh cokelat bermutu. Salah satu caranya adalah melihat komposisi pada labelnya.
(Posman Sibuea, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pangan UGM, Dosen Unika Santo Thomas Medan)
Kandungan Flavonoid Jadi Kekuatan Ampuh Dalam Coklat
Senyawa fenolik yang terbentuk pada biji kakao, ketika dilakukan proses pemeraman dan pengeringan, mempunyai cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil (OH), yang cenderung mudah larut dalam pelarut organik atau air. Dari sekian banyak senyawa fenolik yang ada di alam, flavonoid merupakan golongan terbesar, disusul fenolmonosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Di alam, senyawa fenolik kerap dijumpai terikat pada protein, alkanoid, dan terdapat di antara terpenoid. Aktivitas flavonoid sebagai antioksidan sudah tak diragukan lagi. Menurut Shahidi dan Naczk dalam bukunya berjudul Food Phenolics: Sources, Chemistry, Effects And Applications, flavonoid berperan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas (free radical scavengers) dengan melepaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh kandaswami dan middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan melepaskan satu atom hidrogen kemudian berikatan dengan satu radikal bebas. Selanjutnya dengan mekanisme seperti itu, radikal peroksi dapat dihancurkan atau distabilkan oleh resonansi dari gugus hidroksil yang membuat energi aktivasinya berkurang. Aktivitas flavonoid yang demikian menjadi kekuatan yang ampuh dari cokelat untuk menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat, yang menyebabkan darah bisa mengental. Selanjutnya dapat mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
Peranan flavonoid yang demikian itu dapat menghalangi terjadinya tahapan inisiasi penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan jantung koroner dan stroke. Terjadinya penyakit jantung koroner, secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu inisiasi, progresi, dan terminasi. Tahap inisiasi ditandai dengan terjadinya luka pada lapisan endothelium pada pembuluh darah. Pada tahap progresi, bagian yang luka tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan kolesterol yang selanjutnya membentuk sumbatan (plaque) di dalam pembuluh darah. Bila penimbunan kolesterol ini berjalan terus, dapat menyebabkan sumbatan makin besar dan darah susah mengalir. Pada saat terjadi penyumbatan ini, masuklah ke tahap terminasi yang ditandai dengan terjadinya trombosis (pembuluh darah tersumbat), kerusakan otot jantung, dan akhirnya kematian.
Coklat Seratus Kali Lebih Efektif Dari Vitamin C
Sejumlah penelitian tentang flavonoid cokelat telah dimulai pada abad XIX, namun dalam dua tahun terakhir ini merupakan perkembangan yang amat pesat. Peneliti dari Universitas California di Davis, AS, misalnya telah melakukan penelitian eksplorasi pemanfaatan flavonoid, khususnya epikatekin dan kelompoknya, terhadap kesehatan.
Menurut Carl Keen, ketua jurusan gizi pada Universitas California di Davis, AS, pada percobaan In Vitro, flavonoid cokelat memiliki kekuatan sebagai antioksidan untuk mencegah reaksi berantai radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Produk olahan cokelat yang mengandung katekin hampir 65 persen dari total polifenol, terdiri dari dl-katekin, epikatekin, teogallin, epigallokatekin dan prosianidins - komponen yang diyakini dapat meningkatkan sistem perbaikan dna - jika dikonsumsi secara teratur, dapat mencegah timbulnya penyakit kanker. Penyakit yang tak menular ini, kerap disebut penyakit sel. Berawal dari perubahan materi genetik (DNA) pada sel normal tubuh, sehingga terbentuk sel baru yang tak sama dengan induknya.
Perubahan materi genetik, yang prosesnya disebut mutasi gen, sebenarnya merupakan hasil berbagai reaksi biokimia yang rumit. Namun, secara sederhana dapat dikatakan sebagai perubahan struktur DNA sel normal, sehingga menghasilkan sel yang mengalami mutasi. Dengan mengonsumsi secara rutin produk olahan cokelat, senyawa katekin yang ada di dalamnya dapat berperan sebagai pasukan antioksidan yang siap pasang badan untuk menghalau radikal bebas yang bersifat karsinogenik (memicu kanker), sehingga tidak sempat menempel dengan DNA sel dan kerusakannya bisa dicegah.
Pakar kanker dari American Health Foundation, Weisburger, menegaskan bahwa keampuhan katekin dan kawan-kawannya dalam melindungi tubuh dari kanker jauh di atas antioksidan lainnya.
Keampuhan katekin sebagai antioksidan hampir 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E.
Sumber:
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi3.htm
Cokelat adalah jenis makanan yang banyak digemari dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Cokelat mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Cokelat juga menghasilkan antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas penyebab kanker. Banyak orang dewasa menganggap makan cokelat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan biji kakao (cocoa bean) yang sudah diolah menjadi permen, batang cokelat (chocolate bar), black forest cake, mesyes (taburan untuk roti) dan lain-lain, sarat gula dan lemak. Produk-produk hasil olahan ini membuat sifat baik cokelat menjadi kurang bermakna. Itulah sebabnya makanan lezat yang berasal dari kawasan Amerika Tengah dan Selatan ini diberi label negatif. Cokelat dicap sebagai penyebab alergi, sakit gigi, dan membuat anak menjadi hiperaktif. Tidak hanya itu, bagi mereka yang sedang menjalani program diet alias pelangsingan tubuh, cokelat selalu dihindari. Karena cokelat dianggap penyebab kegemukan (obesitas), pemacu pembentukan kolesterol, memunculkan jerawat, dan migrain. Fenomena ini menyebabkan orang dewasa menjadi amat jarang menikmati lezatnya cokelat. Namun, hal ini tidak berlaku bagi anak-anak yang selalu minta dibelikan makanan bergizi dan sehat ini.
Yang menjadi pertanyaan, amankah mengkonsumsi cokelat? Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa cokelat memiliki senyawa bioaktif yang bermanfaat mencegah penimbunan kolesterol dan mencegah kanker. Jadi, jika kita menyantap 100 gram cokelat bubuk atau batang, selain energi kurang lebih 300 kalori, tubuh pun akan memperoleh manfaat positif dari lemak tak jenuh linoleat, oleat, dan antioksidan yang disimpannya.
Proses Pengolahan
Cokelat diolah dari biji buah tanaman kakao (theobroma cacao), berarti food of the god's yang sudah mengalami perlakuan khusus, yaitu fermentasi. Buah kakao mula-mula dipecah dengan menggunakan batang kayu. Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari agar biji kakao tidak memar, sehingga kualitasnya terjamin baik. Biji yang masih diibungkus lendir ini kemudian difermentasi untuk memunculkan aroma khas cokelat pada proses pengolahan selanjutnya.
Proses fermentasi ini amat kompleks karena melibatkan mikrobia tertentu seperti bakteri asam laktat, asam asetat, dan yeast. Gunanya untuk memacu reaksi-reaksi enzimatis dalam merangsang pembentukan senyawa flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan. Secara komersial, derajat fermentasi biji kakao ditandai dengan perubahan warna pada kotiledonnya.
Munculnya warna cokelat pada biji menandakan bahwa fermentasi berlangsung baik. Baru setelah itu dilakukanlah pengeringan untuk membentuk prekusor (cikal bakal) aroma, yakni flavanoid (katekin, epikatekin, dan gallokatekin), asam-asam amino dan gula, yang bertanggung jawab penuh untuk pembentukan aroma khas cokelat selanjutnya. Jadi, jika biji kakao tidak mengalami proses fermentasi, niscaya produknya tidak memiliki aroma khas cokelat yang lezat itu. Biji kakao yang sudah mengalami pemeraman (fermentasi) dan pengeringan, selanjutnya dibersihkan dari kulit, sehingga siap digiling untuk memperoleh bubur cokelat. Bubur cokelat mudah mengalami oksidasi, sehingga harus segera dipisahkan dari lemak dengan cara pengepresan. Hasilnya berupa balok-balok cokelat yang rasanya pahit, tetapi tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Diganti Minyak Sawit
Jika hendak membuat beragam produk, seperti batang, permen, dan lain-lain, balok-balok ini kemudian diolah dengan menambahkan kembali lemak, guna membentuk tekstur dan menghidupkan aroma cokelat olahan yang nikmat. Dengan proses seperti ini, kita tak hanya memperoleh cokelat yang lezat, tapi juga amat bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena mengandung senyawa bioaktif flavonoid.
Namun, dalam prakteknya pihak industri pangan kerap menambahkan bukan lemak cokelat, tapi minyak sawit atau kelapa dan esens cokelat karena biayanya lebih murah. Inilah yang membuat citra cokelat kerap tercela, dinilai sebagai makanan yang kurang sehat alias Junk Food.
Jadi, dalam memilih produk olahan cokelat di pasar swalayan, diperlukan kehati-hatian agar kita memperoleh cokelat bermutu. Salah satu caranya adalah melihat komposisi pada labelnya.
(Posman Sibuea, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pangan UGM, Dosen Unika Santo Thomas Medan)
Kandungan Flavonoid Jadi Kekuatan Ampuh Dalam Coklat
Senyawa fenolik yang terbentuk pada biji kakao, ketika dilakukan proses pemeraman dan pengeringan, mempunyai cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil (OH), yang cenderung mudah larut dalam pelarut organik atau air. Dari sekian banyak senyawa fenolik yang ada di alam, flavonoid merupakan golongan terbesar, disusul fenolmonosiklik sederhana, fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Di alam, senyawa fenolik kerap dijumpai terikat pada protein, alkanoid, dan terdapat di antara terpenoid. Aktivitas flavonoid sebagai antioksidan sudah tak diragukan lagi. Menurut Shahidi dan Naczk dalam bukunya berjudul Food Phenolics: Sources, Chemistry, Effects And Applications, flavonoid berperan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal bebas (free radical scavengers) dengan melepaskan atom hidrogen dari gugus hidroksilnya. Pemberian atom hidrogen ini akan menyebabkan radikal bebas menjadi stabil dan berhenti melakukan gerakan ekstrim, sehingga tak merusak lipida, protein, dan DNA (materi genetik) yang menjadi target kerusakan seluler. Hal senada dikatakan oleh kandaswami dan middleton (1997), bahwa flavonoid dapat bertindak sebagai quencer oksigen singlet dan sebagai chelator logam. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan melepaskan satu atom hidrogen kemudian berikatan dengan satu radikal bebas. Selanjutnya dengan mekanisme seperti itu, radikal peroksi dapat dihancurkan atau distabilkan oleh resonansi dari gugus hidroksil yang membuat energi aktivasinya berkurang. Aktivitas flavonoid yang demikian menjadi kekuatan yang ampuh dari cokelat untuk menghalangi reaksi oksidasi kolesterol jahat, yang menyebabkan darah bisa mengental. Selanjutnya dapat mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah.
Peranan flavonoid yang demikian itu dapat menghalangi terjadinya tahapan inisiasi penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan jantung koroner dan stroke. Terjadinya penyakit jantung koroner, secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu inisiasi, progresi, dan terminasi. Tahap inisiasi ditandai dengan terjadinya luka pada lapisan endothelium pada pembuluh darah. Pada tahap progresi, bagian yang luka tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan kolesterol yang selanjutnya membentuk sumbatan (plaque) di dalam pembuluh darah. Bila penimbunan kolesterol ini berjalan terus, dapat menyebabkan sumbatan makin besar dan darah susah mengalir. Pada saat terjadi penyumbatan ini, masuklah ke tahap terminasi yang ditandai dengan terjadinya trombosis (pembuluh darah tersumbat), kerusakan otot jantung, dan akhirnya kematian.
Coklat Seratus Kali Lebih Efektif Dari Vitamin C
Sejumlah penelitian tentang flavonoid cokelat telah dimulai pada abad XIX, namun dalam dua tahun terakhir ini merupakan perkembangan yang amat pesat. Peneliti dari Universitas California di Davis, AS, misalnya telah melakukan penelitian eksplorasi pemanfaatan flavonoid, khususnya epikatekin dan kelompoknya, terhadap kesehatan.
Menurut Carl Keen, ketua jurusan gizi pada Universitas California di Davis, AS, pada percobaan In Vitro, flavonoid cokelat memiliki kekuatan sebagai antioksidan untuk mencegah reaksi berantai radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Produk olahan cokelat yang mengandung katekin hampir 65 persen dari total polifenol, terdiri dari dl-katekin, epikatekin, teogallin, epigallokatekin dan prosianidins - komponen yang diyakini dapat meningkatkan sistem perbaikan dna - jika dikonsumsi secara teratur, dapat mencegah timbulnya penyakit kanker. Penyakit yang tak menular ini, kerap disebut penyakit sel. Berawal dari perubahan materi genetik (DNA) pada sel normal tubuh, sehingga terbentuk sel baru yang tak sama dengan induknya.
Perubahan materi genetik, yang prosesnya disebut mutasi gen, sebenarnya merupakan hasil berbagai reaksi biokimia yang rumit. Namun, secara sederhana dapat dikatakan sebagai perubahan struktur DNA sel normal, sehingga menghasilkan sel yang mengalami mutasi. Dengan mengonsumsi secara rutin produk olahan cokelat, senyawa katekin yang ada di dalamnya dapat berperan sebagai pasukan antioksidan yang siap pasang badan untuk menghalau radikal bebas yang bersifat karsinogenik (memicu kanker), sehingga tidak sempat menempel dengan DNA sel dan kerusakannya bisa dicegah.
Pakar kanker dari American Health Foundation, Weisburger, menegaskan bahwa keampuhan katekin dan kawan-kawannya dalam melindungi tubuh dari kanker jauh di atas antioksidan lainnya.
Keampuhan katekin sebagai antioksidan hampir 100 kali lebih efektif dari vitamin C dan 25 kali lebih ampuh dari vitamin E.
Sumber:
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi3.htm
Langganan:
Postingan (Atom)